Meski demikian, ia melihat peluang tetap ada di tengah tekanan pasar. "Setiap krisis akan selalu ada peluang. Dalam 10 tahun ke belakang, perbankan kita tidak pernah memberikan dividen double digit. Kenapa? Karena penurunan bursa saham kali ini tidak sebanding dengan penurunan kinerja perbankan," tuturnya.
Michael menilai meskipun proyeksi pendapatan sektor perbankan mengalami penurunan, koreksi harga sahamnya jauh lebih besar sehingga menciptakan peluang di level saat ini.
"Berdasarkan data dari tiga krisis sebelumnya—2008, 2015, dan 2020—valuasi perbankan kita di 2025 berada di PBV lebih rendah 5-8 persen, kecuali BBCA," demikian kata Yeoh.
Lebih lanjut, ia mengingatkan potensi margin call yang bisa memicu trading halt kembali.
"Potensinya ada. Perlu diingat bahwa sebentar lagi adalah ex-date perbankan dalam pembagian dividen, sehingga di momen itu akan ada koreksi dari market," kata Michael.