"Sektor properti memang sedang
melambat, tapi justru di tengah tantangan itu IMPC masih bisa mencatatkan profit hampir Rp300 miliar. Ini bukan angka kecil. Artinya ada fundamental kuat di balik saham ini, sehingga jika investor besar ataupun strategic investor ingin
masuk jelas bukan tanpa alasan," ujar
Bernadus.
Aksi lepas dari dua pemegang saham utama jelas bukan peristiwa biasa. Masuknya Henan Putihrai, yang kerap menjadi pintu masuk investor institusi atau akumulasi tangan kuat, memunculkan spekulasi: apakah ada investor strategis baru yang sedang mengintip IMPC?
Apalagi, meski sektor bahan bangunan sedang menghadapi tekanan akibat lesunya properti, kinerja fundamental IMPC masih solid dengan laba semester I 2025 mencapai Rp295,64 miliar. Prospek jangka panjang pun tetap terbuka, ditopang pembangunan infrastruktur dan perumahan nasional.
Market Menunggu Langkah Berikut
Dengan crossing besar di atas Rp1 triliun dan lonjakan harga >100 persen sebulan terakhir, wajar jika IMPC kini jadi pusat perhatian.
Apakah ini sinyal awal restrukturisasi kepemilikan? Atau justru panggung untuk rally baru dengan hadirnya pemain besar?