Sementara itu lanjutnya, inflasi September agak lebih rendah di bawah prediksi para ekonom. Karena ekspektasi ekonom itu di 1,2%, tapi realisasinya hanya 1,17%.
"Ini indikasi bahwa pemerintah bekerja sama dan Bank Indonesia (BI) dinilai mampu dalam bauran ekonomi, inilah yang membantu Rupiah bisa menguat" jelasnya.
Ibrahim memprediksi, Rupiah dalam pekan ini bisa mengalami pelemahan yang signifikan sebanyak 50-60 bps karena efek dari Inggris yang hanya bersifat sementara.
Adapun demikian, dalam jangka menengah dan jangka panjang, indeks dolar diduga masih akan kuat karena bank sentral Amerika dalam minggu ini akan melakukan pertemuan terkait kenaikan suku bunga yang bisa naik 75 bps.
"Apalagi inflasi AS September diprediksi bisa capai 8,5% yang membuat indeks dolar akan semakin meninggi," tandas Ibrahim.
(FAY)