Sementara itu, posisi AFLN Indonesia meningkat didorong oleh transaksi perolehan AFLN dalam bentuk cadangan devisa. Posisi AFLN pada akhir triwulan IV 2018 tercatat naik 1,9% (qtq) atau sebesar USD6,5 miliar menjadi USD347,0 miliar.
Peningkatan posisi AFLN lebih lanjut tertahan oleh faktor perubahan lainnya seperti revaluasi negatif atas AFLN, sejalan dengan penurunan rata-rata indeks saham negara-negara penempatan AFLN dan faktor penguatan nilai tukar Dolar AS terhadap beberapa mata uang utama dunia. ​​
BI memandang perkembangan PII Indonesia pada triwulan IV 2018 masih tetap sehat. Hal ini tercermin dari rasio neto kewajiban PII Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) yang relatif stabil di kisaran rerata negara peers sebesar 30,5%. Di samping itu, struktur neto kewajiban PII Indonesia juga didominasi oleh instrumen berjangka panjang.
BI juga akan tetap mewaspadai risiko neto kewajiban PII terhadap perekonomian. Ke depan, Bank Indonesia meyakini kinerja PII Indonesia akan semakin baik sejalan dengan terjaganya stabilitas perekonomian dan berlanjutnya pemulihan ekonomi Indonesia didukung oleh konsistensi dan sinergi bauran kebijakan moneter, kebijakan pendalaman pasar keuangan, kebijakan fiskal, dan reformasi struktural. ​​ (*)