Saat ini, kata dia, perseroan masih berada pada fase awal untuk berekspansi ke industri hilir di sepanjang rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik, yang akan terintegrasi secara vertikal dengan sumber daya nikel yang mampu berproduksi lebih dari 20 tahun.
Dia menerangkan, perseroan akan menggunakan dana hasil IPO untuk membiayai pembangunan dan pengembangan sejumlah proyek pemrosesan nikel seperti fasilitas HPAL, konverter nikel matte serta fasilitas produksi asam sulfat melalui proyek Acid Iron Metal I (AIM I).
Keberadaan fasilitas HPAL dan nikel matte merupakan salah satu komponen penting untuk menghasilkan nikel sulfat dan kobalt sulfat dalam hilirisasi rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik. Selain itu, asam sulfat juga menjadi salah satu material yang mendukung pemrosesan di fasilitas HPAL.
Kemudian, dana hasil IPO juga akan digunakan untuk memperkuat modal kerja anak usaha, di antaranya PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM). Sebagai informasi, saat ini SCM memiliki sumber daya lebih dari 1,1 miliar bijih dry metric tonne yang mengandung 13,8 juta ton nikel dengan kadar 1,22% Ni dan 1,0 juta ton kobalt pada kadar 0,08% Co. Kapasitas produksi tambang SCM diperkirakan akan mencapai 14,6 juta wet metric tonnes pada 2024.