“Dan itu banyak sekali pondasi-pondasi basic, seperti kesehatan yang berhubungan dengan proyek management. Untuk itulah perbaikan dalam hal proyek management kita tuangkan dalam program besar dengan membentuk Digital Control Tower, dan inovasi kedua yang kami lakukan yakni dalam melakukan impelementasi dari aplikasi Building Information Modeling (BIM),” tambah Dwi.
BIM tersebut, ujar Dwi, yang ada di proyek kami di dokumentasikan secara digital dari proses perencanaan, eksekusi, hingga pemeliharaan. “Dalam hal perencanaan kan dulu designnya dari gambar kertas terus di filing. Tapi kalo sekarang dengan inovasi terbaru kita yang menggunakan BIM, lebih mudah untuk me-review designnya,” imbuhnya.
Dengan berkembangnya teknologi, Jakpro meyakini bahwa perusahaan merupakan pelopor BUMD pertama yang menggunakan BIM atau salah satu teknologi di bidang AEC (Arsitektur, Engineering dan Construction) yang mampu mensimulasikan seluruh informasi di dalam proyek pembangunan ke dalam model 3 dimensi.
“Untuk BIM ini sendiri, sebetulnya biasa digunakan untuk perusahaan besar. Jakpro ini BUMD yang nekat saja sebenarnya. Karena impactnya itu besar sekali. Perusahan international sebelumnya yang konstruksi dan propertinya besar, biasa mengunakan BIM. Di Indonesia sangat jarang sekali yang berani menggunakan itu. Kalau untuk perusahaan BUMN saya tahu persis mana yang menggunakan BIM mana yang tidak. Apalagi perusahaan swasta, belum tentu kontraktor perusahaan swasta mengunakan hal itu. Tapi kalau untuk BUMD saya yakin, Jakpro pelopor. Karena saya yakin 100% tidak ada BUMD yang menggunakan BIM ini,” yakin Dwi.
Ditambahkan Dwi, karena menggunakan serba digital tentu sangat menguntungkan dan mempercepat proses design proyek. “Sehingga kita bisa tau mana design yang ada permasalahan. Kalau dilihat dari gambar kertas itu kan tidak kelihatan. Seperti contohnya, kita temukan antara saluran air yang juga sudah kita presentasikan kemarin saat penjurian. Nah, kalau kita menggunakan BIM ini, otomatis sudah terlihat dalam design digitalnya. Bagian mana yang ada konflik, jika bisa kita re-design, sehingga dalam pengerjaan nanti tidak memakan waktu dan dapat selesai sesuai target dan tepat sasaran. Hal ini yang mungkin belum disadari banyak kontraktor,” jelas Dwi.