IDXChannel - Perseteruan antara warga pulau Rempang dan pihak pemerintah terkait relokasi untuk pembangunan Rempang Eco City masih berlanjut.
Terbaru, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan Indonesia bakal merugi jika perusahaan China Xinyi Group batal investasi di Pulau Rempang, Batam.
Bahlil menekankan, RI akan rugi lebih dari Rp300 triliun. Kerugian itu mencakup pendapatan pemerintah maupun perekonomian masyarakat.
"Ini investasinya total Rp300 triliun lebih, tahap pertama itu Rp175 triliun. Kalau ini lepas, itu berarti potensi pendapatan asli daerah (PAD) dan penciptaan lapangan pekerjaan untuk saudara-saudara kita di sini itu akan hilang," ujar Bahlil melalui keterangan resmi, pada Senin (18/9/2023).
Pernyataan Bahlil memicu penasaran warganet tentang profil Xinyi Group, perusahaan asal China yang menjadi perbincangan akhir-akhir ini terkait konflik Rempang.
Profil dan Jeroan Xinyi
Xinyi Glass Holdings Ltd. merupakan perusahaan multinasional berbasis di Hong Kong, Cina. Didirikan oleh Yin Yee Lee pada November 1988.
Xinyi merupakan produsen utama kaca apung, kaca mobil, dan kaca arsitektur yang banyak digunakan di sektor otomotif, konstruksi, dan energi. Xinyi dikenal sebagai salah satu produsen kaca terbesar.
Xinyi Group juga menjajal lini bisnis energi terbarukan. Xinyi Group memiliki lahan solar farm, film surya, industrial ES, civil ES, tenaga surya atap, silikon industri, polisilikon.
Beberapa perusahaan yang bergerak di bawah naungan Xinyi Group yaitu Xinyi Glass, Xinyi Solar, Xinyi Energi, dan Xinyi Electric Storage.
Xinyi Glass Holdings Ltd. melantai di bursa Hang Seng, Hong Kong. Kinerja saham Xinyi sepanjang tahun ini telah merosot 26,81 persen year to date (YTD). (Lihat grafik di bawah ini.)
Xinyi Glass Holdings Limited melaporkan penurunan pendapatan semester I 2023 yang berakhir pada 30 Juni 2023. Perusahaan melaporkan penjualan sebesar HKD12,62 miliar dibandingkan dengan HKD 13,65 miliar dibanding tahun lalu.
Laba bersih Xinyi pada periode yang sama sebesar HKD 2,15 miliar,, menurun dibandingkan dengan HKD 3,3 miliar pada tahun sebelumnya.
Untuk berinvestasi di Pulau Rempang, Batam, perusahaan raksasa ini disebut menggelontorkan investasi hingga mencapai Rp381 triliun hingga 2080.
Investasi Xinyi di Indonesia
Pada akhir Juli lalu (28/7), Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Kementerian Investasi/BKPM dengan Xinyi Group.
MoU ini berisi tentang kerja sama investasi, yang disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo di Chengdu.
Sebagai perusahan pemain bisnis kaca dunia, Menteri Investasi menegaskan bahwa investasi Xinyi Group ini merupakan bukti tingginya kepercayaan investor kepada Pemerintah Indonesia.
“Kami menandatangani MoU dan perjanjian kerja sama dalam membangun ekosistem hilirisasi di Rempang, Kawasan Batam dengan rencana investasi sebesar USD11,6 miliar. Investasi Xinyi Group di Batam ini untuk membangun kaca dan solar panel, serta akan memakai tenaga kerja Indonesia sekitar 35 ribu orang. Arahan Bapak Presiden agar segera eksekusi dan menjalankan percepatan agar proses hilirisasi terjadi," kata Bahlil dikutip dari laman resmi Kementerian Investasi/BKPM.
“Ini (fasilitas di Batam) akan menjadi pabrik terbesar kedua di dunia setelah China. Kalau kita sudah berhasil membangun sistem hilirisasi dari nikel. Output produknya hampir 95 untuk ekspor, karena pasarnya adalah luar negeri,” jelas Bahlil.
Rencana investasi di Batam merupakan proyek kedua di Indonesia. Sebelumnya, Xinyi Group melakukan investasi tahap pertama untuk basis manufaktur kaca komprehensif berskala besar di Kawasan JIIPE (Java Integrated and Industrial Port Estate) Gresik tahun lalu yang menelan investasi sebesar USD700 juta. (ADF)