“Saya bisa menyampaikan sebenarnya, tetapi itu bukan kepastian apakah akhirnya kita akan akuisisi aset tersebut, karena semua tergantung kepada nilai komersial yang kita perhitungkan, itu bisa kita bayar dengan memperhitungkan seluruh risiko yang ada,” ujar Sumantri.
Sebagai informasi, PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) menjadi salah satu perusahaan energi yang mencuri perhatian pelaku pasar sejak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 Januari 2025.
Sahamnya kerap menyentuh auto rejection atas (ARA), bahkan menjadi saham multibagger yang naik lebih dari 100 persen. Di sisi lain, emiten jasa penunjang migas dan energi itu menghadapi berbagai tantangan di tengah dinamika industri.
Salah satunya harga minyak yang bergerak sangat fluktuatif di tengah konflik antara Iran dengan Israel dan Amerika Serikat (AS). Fenomena tersebut bisa menjadi berkah dan peluang, tetapi juga tantangan yang perlu dihadapi dengan strategi yang tepat.
(Febrina Ratna Iskana)