Secara umum untuk kredit, perseroan tidak melakukan repricing di 2023, di mana pertumbuhan lebih didorong oleh volume.
"Perseroan memperkirakan kredit akan tumbuh 9-10% di 2024," ucap Nico.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) masih tumbuh ke Rp1.102 triliun (+1,2% QoQ; +6,0% YoY) dengan CASA atau dana murah yang tumbuh ke Rp885 triliun di 2023 (+1,7% QoQ; +4,3% YoY).
Pertumbuhan CASA ini tercatat masih di atas industri (+2,9% YoY) dan jumlah uang beredar (M2: +3,5% YoY).
"Perlambatan DPK sektor perbankan lebih disebabkan, shifting ke obligasi pemerintah yang memberikan yield yang lebih tinggi serta perlambatan jumlah uang beredar sebagai bagian dari kebijakan moneter yang ketat," Nico menerangkan.
Sementara itu, CASA ratio masih stabil di 80,3% (kuartal III-2023: 79,9%; 2022: 81,6%) dengan likuditas yang juga masih terjaga dengan LDR di 70,2% (kuartal III-2023: 67,4%; 2022: 65,2%).
"Perseroan memperkirakan ada ruang pemangkasan suku bunga deposito sejalan dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 75 bps yang akan terjadi di semester II-2024," kata Nico.
Kualitas aset pun terus menunjukan perbaikan. Saat ini, total loan at risk sebesar Rp52,2 triliun, dengan LAR ratio di 6,9% (Sep-23: 7,9%; Dec-22: 10,4%) dengan porsi yang direstrukturisasi turun ke Rp21,4 triliun (-11,2% QoQ; -53,5% YoY).
Saat ini, rasio NPL di level 1,9% (Sep-23: 2,1%) dengan porsi terbesar di segmen korporasi (48,1%).
Rekomendasi untuk Saham BBCA
Dari analisis di atas, berikut rekomendasi Panin Sekuritas untuk saham BBCA di 2024:
"Kami masih merekomendasikan (saham BBCA) BUY dengan TP: Rp10.600 (implied PB 4x di 2024) didorong oleh pertumbuhan kredit yang di atas industri, performa CASA yang juga tercatat positif, ruang perbaikan kualitas kredit, serta posisi likuiditas yang kuat," pungkas Nico.
(FAY)