"Kita berharap laporan bursa karbon pada transaksi perdana ini dapat kita lakukan pada hari ini juga," kata Mahendra di Gedung BEI, Selasa (26/9/2023).
Berdasarkan data Verra and Gold Standard, dikutip dari Sustainable Views, Selasa (26/9), Indonesia berpeluang menyumbang lebih dari 56 persen dari seluruh penerbitan offset karbon di kawasan ASEAN. Ini tak terlepas dari keanekaragaman besar RI, bersama Malaysia dan Filipina.
Pengamat dari Cambridge Institue of Sustainability Leadership (CISL) Renard Siew mengatakan, ASEAN memiliki potensi besar menghasilkan kredit karbon lantaran melimpahnya sumber energi terbarukan, seperti air, surya, hingga panas bumi. Namun Renard mengkhawatirkan sejumlah hal.
"Sejauh ini negara-negara ASEAN belum berupaya membentuk garis waktu yang seragam dan komitmen kolektif untuk pelaksanaan perdagangan karbon di kawasan," kata Renard di Fulcrum.sg, (8/8/2023).
Setiap negara anggota ASEAN diinilai memiliki pertimbangan politik, ekonomi, dan lingkungan hidup yang unik, yang mempengaruhi pendekatan dan jadwal masing-masing negara dalam menerapkan inisiatif perdagangan karbon.