IDXChannel - Harga minyak mentah naik pada perdagangan Jumat (2/9) menjelang pertemuan organisasi negara pengekspor minyak bumi (OPEC) dan sekutu di tengah ekspektasi pasar ada pengurangan produksi.
Data perdagangan hingga pukul 09:24 WIB menunjukkan minyak Brent di Intercontinental Exchange (ICE) untuk kontrak November menguat 1,28% menjadi USD93,54 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman Oktober tumbuh 1,40% sebesar USD87,82 per barel.
Kenaikan ini merupakan rebound kedua benchmark minyak setelah merosot lebih dari 3% di sesi sebelumnya, hingga mencapai level terendahnya dalam dua minggu terakhir. Brent menuju penurunan mingguan hampir 8%, sedangkan WTI merosot sekitar 6% untuk minggu ini.
OPEC dan sekutu atau disebut OPEC+, dijadwalkan akan bertemu pada Senin 5 September 2022, yang diproyeksikan akan membahas soal penurunan harga yang didorong adanya perlambatan permintaan. Sebelumnya, Arab Saudi sebagai pimpinan OPEC sempat memunculkan isu ada pemangkasan produksi.
Analis komoditas ANZ Daniel Hynes mengatakan bahwa pertemuan ini masih belum menjadi jembatan bagi OPEC+ untuk menyepakati adanya pemotongan produksi, tetapi Arab Saudi akan menyoroti masalah terkait harga dan fundamental pasokan yang masih ketat saat ini.
"Karena harga Brent saat ini sedang turun menuju USD90/barel, dan kemungkinan respons OPEC+ pada pertemuan Senin (5/9) terkait pasokan bisa saja menjadi meningkat," kata analis komoditas National Australia Bank, Baden Moore, dilansir Reuters, Jumat (2/9/2022).
Moore mewaspadai bahwa setiap pengurangan pasokan dari OPEC+ akan berdampak cukup signifikan terhadap kenaikan harga minyak.
"Mengingat tingkat persediaan yang sangat rendah secara global, kapasitas alternatif pasokan yang terbatas, dan krisis energi yang sedang berlangsung di Eropa," tutur Moore.
Selain OPEC, pasar tampak masih terjerat sentimen kekhawatiran atas pembatasan mobilitas untuk mengantisipasi gejolak Covid-19 di China, di mana kota Chengdu pada Kamis lalu merupakan kota terakhir yang memerintahkan lockdown, di mana hal itu telah memukul produsen seperti Volvo.