Di lain pihak, data resmi PMI menunjukkan kontraksi kelima berturut-turut di sektor manufaktur negara tersebut.
Kondisi ini menjadi salah satu indikator terbaru yang menjadi petunjuk tentang masa depan industri China. Mengingat, sektor ini menjadi penyangga penurunan sentimen konsumen dan sektor properti yang masih berlangsung.
Namun, keengganan China dan India untuk mengurangi ketergantungan terhadap batu bara telah membuat harga batu bara sempat menguat. Meskipun ada seruan global untuk mendorong penghapusan emisi karbon secara bertahap dan berpotensi menurunkan permintaan batu bara di masa depan.
CPO
Minyak sawit berjangka Malaysia alias futures CPO melemah persen di kisaran MYR4.222 per ton, merosot dari level tertinggi yang sempat diraih baru-baru ini.
Harga CPO juga kini berfluktuasi imbas rencana revisi kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) Indonesia.
Harga CPO sudah menguat MYR553 MYR per ton atau 13,46 persen sejak awal 2024, menurut perdagangan contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini.
Melansir Bloomberg, Senin (25/3), harga minyak sawit menghentikan penurunan dua harinya di tengah optimisme bahwa ekspor Malaysia akan meningkat pada bulan ini.
Mengutip David Ng, trader senior di IcebergX Sdn di Kuala Lumpur, kenaikan harga CPO disebabkan oleh kuatnya kinerja ekspor Malaysia bulan ini.
“Kami terutama ingin mengetahui berapa banyak kuota yang dialokasikan berdasarkan produksinya,” kata Ng.
Sementara itu, sebagai negara penghasil sawit terbesar, Indonesia juga tengah berpotensi merevisi kebijakan DMO dan bisa menghambat ekspor.
Pasar tengah mengkhawatirkan adanya potensi perubahan kebijakan ini yang berpotensi membatasi pasokan. (ADF)