IDXChannel - Sejumlah komoditas dibuka melemah pada perdagangan Rabu (27/3/2024). Minyak sawit alias crude palm oil (CPO) turun 0,33 persen, sedangkan emas terkoreksi 0,12 persen.
Pada penutupan perdagangan Selasa (26/3), batu bara juga ditutup melemah 0,04 persen, mematahkan tren bullish yang beberapa waktu lalu membawa harga emas hitam di atas USD130 per ton.
Emas
Harga emas turun dari level tertingginya di sekitar USD2.176 per troy ons pada Rabu, didorong oleh melemahnya dolar Amerika Serikat (AS).
Ini seiring investor terus bertaruh pada penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) sambil menunggu laporan indeks harga PCE AS pada hari Jumat.
Pekan lalu, The Fed mempertahankan prospek penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini, sehingga meningkatkan daya tarik logam mulia.
Namun, data pesanan barang tahan lama AS lebih baik dari perkiraan pada bulan Februari dan beberapa pejabat The Fed menyatakan kekhawatiran terhadap inflasi yang membandel dan ketahanan ekonomi negeri Paman Sam.
Pasar saat ini memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 70 persen dimulai pada bulan Juni dibandingkan dengan peluang sebesar 55 persen yang terlihat sebelum pertemuan tersebut.
Sementara itu, emas sebagai aset safe haven tak lagi terpengaruh oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa Timur karena Dewan Keamanan PBB akhirnya mengesahkan resolusi gencatan senjata di Gaza.
Batu Bara
Batu bara berjangka (futures) Newcastle semakin merosot ke angka USD128,9 per ton menjelang akhir Maret, yang merupakan level terendah dalam satu bulan.
Harga batu bara terus turun karena ketidakpastian permintaan dari China bersamaan dengan pasokan yang stabil.
Kekhawatiran lemahnya permintaan listrik di China masih terus berlanjut di tengah meningkatnya tantangan makroekonomi bagi konsumen batu bara terbesar dunia tersebut.
Di lain pihak, data resmi PMI menunjukkan kontraksi kelima berturut-turut di sektor manufaktur negara tersebut.
Kondisi ini menjadi salah satu indikator terbaru yang menjadi petunjuk tentang masa depan industri China. Mengingat, sektor ini menjadi penyangga penurunan sentimen konsumen dan sektor properti yang masih berlangsung.
Namun, keengganan China dan India untuk mengurangi ketergantungan terhadap batu bara telah membuat harga batu bara sempat menguat. Meskipun ada seruan global untuk mendorong penghapusan emisi karbon secara bertahap dan berpotensi menurunkan permintaan batu bara di masa depan.
CPO
Minyak sawit berjangka Malaysia alias futures CPO melemah persen di kisaran MYR4.222 per ton, merosot dari level tertinggi yang sempat diraih baru-baru ini.
Harga CPO juga kini berfluktuasi imbas rencana revisi kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) Indonesia.
Harga CPO sudah menguat MYR553 MYR per ton atau 13,46 persen sejak awal 2024, menurut perdagangan contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini.
Melansir Bloomberg, Senin (25/3), harga minyak sawit menghentikan penurunan dua harinya di tengah optimisme bahwa ekspor Malaysia akan meningkat pada bulan ini.
Mengutip David Ng, trader senior di IcebergX Sdn di Kuala Lumpur, kenaikan harga CPO disebabkan oleh kuatnya kinerja ekspor Malaysia bulan ini.
“Kami terutama ingin mengetahui berapa banyak kuota yang dialokasikan berdasarkan produksinya,” kata Ng.
Sementara itu, sebagai negara penghasil sawit terbesar, Indonesia juga tengah berpotensi merevisi kebijakan DMO dan bisa menghambat ekspor.
Pasar tengah mengkhawatirkan adanya potensi perubahan kebijakan ini yang berpotensi membatasi pasokan. (ADF)