"Dengan adanya kesepakatan, ekspor-impor bisa berjalan lebih normal, sehingga yang dikhawatirkan mengenai neraca dagang yang akan defisit karena nilai ekspor yang berkurang menjadi reda,” tuturnya.
Ia juga mencermati adanya pergeseran arus investasi dari Amerika ke kawasan Asia.
"Pasar di AS mulai dinilai terlalu berisiko bagi investor, Sehingga banyak dana keluar (outflow) dari indeks Dow Jones maupun Nasdaq, dan kembali ke negara-negara Asia," kata Michael.
Menurut hemat Michael, seiring dengan inflow ke Asia, sejumlah saham unggulan (blue chip) akan menerima efek positif terlebih dahulu.
Ia menambahkan, “Dengan potensi baliknya uang ke negara-negara Asia, saham yang akan mendapatkan inflow akan terfokus terlebih dahulu pada saham blue chip, seperti perbankan. Kemudian, sektor komoditas serta beberapa saham konglomerasi.”