Adapun BOJ akan menggelar pertemuan kebijakan moneternya berikutnya pada 29–30 Oktober, disusul pertemuan pada Desember dan Januari.
Bank sentral Jepang itu keluar dari program stimulus besar-besaran yang telah berlangsung selama satu dekade pada tahun lalu dan menaikkan suku bunga acuannya menjadi 0,5 persen pada Januari 2025, dengan pandangan bahwa negara tersebut sedang berada di ambang pencapaian target inflasi 2 persen secara berkelanjutan.
Sementara Gubernur BOJ Kazuo Ueda telah menyatakan kesiapan bank sentral untuk terus menaikkan suku bunga, dia menekankan perlunya langkah hati-hati guna menilai dampak ekonomi dari tarif AS.
Namun, inflasi pangan yang masih tinggi, sebagian disebabkan oleh kenaikan biaya impor akibat pelemahan yen,telah mempersulit keputusan BOJ tentang waktu yang tepat untuk menaikkan suku bunga.
Dua dari sembilan anggota dewan pembuat kebijakan BOJ bahkan gagal mengajukan kenaikan suku bunga pada September, menandakan meningkatnya perhatian terhadap perluasan tekanan inflasi.
Ketidakpastian politik turut menambah risiko bagi ekonomi Jepang. Upaya pemimpin partai berkuasa yang baru, Sanae Takaichi, untuk menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang diragukan pekan lalu setelah mitra koalisi junior partainya keluar dari pemerintahan.
Partai berkuasa juga mengalami kekalahan dalam pemilihan majelis tinggi pada Juli di tengah ketidakpuasan publik terhadap inflasi yang meningkat. Baik partai berkuasa maupun oposisi telah mengusulkan peningkatan belanja guna meredam tekanan terhadap rumah tangga.
(NIA DEVIYANA)