"Dengan kemunculan bank digital baru seperti Superbank, Krom Bank, dan Bank Saqu, kami memprediksi industri bank digital akan semakin ketat di masa depan," katanya dalam riset yang diterbitkan Agustus 2024 dikutip Selasa (21/1/2025).
Victor memperkirakan, industri bank digital ke depan tetap didominasi oleh dua pemain utama, yakni Bank Jago dan Seabank. Hingga paruh pertama tahun lalu, Seabank dan ARTO menguasai pangsa pasar masing-masing 26 persen dan 16 persen dari sisi third-party financing (TPF).
Dari sisi kinerja saham, bank-bank digital yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki valuasi yang mahal. Oleh karena itu, menurut Victor, bank-bank tersebut perlu meningkatkan kinerjanya sebagai justifikasi atas valuasi premiumnya.
BBHI misalnya, meski mencetak laba bersih Rp302 miliar hingga kuartal III-2024, nilai kapitalisasi pasarnya menyentuh Rp15 triliun dengan price earning ratio (PER) sebesar 37 kali. Begitu juga dengan BBYB yang baru mencatat laba Rp4 miliar, memiliki valuasi saham dengan PER 547 kali dan nilai pasar Rp3,96 triliun.
Valuasi bank-bank digital jauh di atas bank-bank konvensional yang memiliki kemampuan mencetak laba besar. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) misalnya, memiliki PER 11 kali di mana laba bersihnya Rp45 triliun dengan nilai pasar Rp660 triliun.