Sejalan dengan melemahnya pendapatan, beban pokok pendapatan turun 9 persen YoY menjadi USD2,67 miliar. Penurunan ini didorong oleh biaya penambangan yang turun 1,9 persen YoY menjadi USD1,18 miliar, dan royalti kepada pemerintah yang jatuh 31,2 persen YoY menjadi USD550 juta.
Meski demikian, penurunan biaya belum mampu menahan koreksi profitabilitas. Laba kotor turun 15,8 persen YoY menjadi USD943 juta, sementara beban operasional menurun 15 persen YoY menjadi USD172 juta.
Penurunan paling tajam terjadi pada EBITDA yang merosot 34,8 persen YoY menjadi USD811 juta. Penyebab utama adalah anjloknya pendapatan lain-lain sebesar 88 persen YoY menjadi USD39 juta setelah pelepasan kepemilikan AADI di PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) pada 2024.
Kontribusi laba dari entitas asosiasi juga turun drastis 94,4 persen YoY menjadi USD4 juta, turut menyeret laba sebelum pajak yang terkoreksi 39,1 persen menjadi USD813 juta.
Laba bersih hingga kuartal III-2025 tercatat USD587 juta, anjlok 45,4 persen YoY meski beban pajak turun 5,7 persen YoY menjadi USD158 juta. Hal ini menyebabkan margin laba bersih menyempit dari 26,5 persen menjadi 16,3 persen.