Dengan masih tingginya beban keuangan senilai Rp2 triliun dan rugi selisih kurs USD9,62 juta atau setara Rp148,48 miliar, sehingga KRAS membukukan rugi bersih tahun berjalan Rp2,03 triliun. Serta laba bruto senilai Rp1,74 triliun.
Menurutnya, kerugian yang dialami Krakatau Steel merupakan salah satu dampak tidak beroperasinya fasilitas Hot Strip Mill 1 (HSM#1), penghasil produk utama Hot Rolled Coil (HRC) akibat kerusakan pada switch house Finishing Mill.
Aksi korporasi divestasi saham beberapa anak usaha di Subholding Krakatau Sarana Infrastruktur untuk pembayaran utang Tranche B juga berdampak pada penurunan kinerja. Alasannya, di 2023 ini sudah tidak lagi dikonsolidasikan ke Krakatau Steel Group.
“Perseroan saat ini terus berupaya semaksimal mungkin menjaga performa kinerja selama recovery pabrik HSM#1. Perbaikan fasilitas HSM#1 akan selesai tahun ini dan diharapkan produksi pertama produk HRC pasca perbaikan akan dilakukan pada Triwulan IV tahun 2024,” paparnya.
Purwono menyatakan, prioritas Krakatau Steel saat ini adalah tetap berupaya menjaga kinerja dengan menyelesaikan perbaikan fasilitas HSM#1 sesuai dengan jadwal yang ditargetkan untuk beroperasi kembali di akhir 2024.