Sejumlah saham seperti CMRY, BTPS, NCKL, dan SMRA mencatat kinerja di atas rata-rata sebulan sebelum laporan keuangan dipublikasikan. Sementara itu, saham-saham perbankan, rokok, dan ritel yang hasilnya lemah justru tertinggal.
Pengecualian terjadi di sektor pertambangan, yang kinerjanya lebih ditopang pergerakan harga komoditas dan aksi korporasi, serta di sektor telekomunikasi yang didorong ekspektasi redanya perang harga dan rotasi dana asing dari perbankan.
Menatap kuartal III-2025, CGSI memperkirakan emiten sektor unggas seperti CPIN dan JPFA berkinerja lebih baik.
Namun, sebagian besar emiten lain diperkirakan masih menghadapi tantangan akibat perlambatan ekonomi Indonesia. Hal ini tercermin dari penurunan laba bersih agregat 52 saham besar di Bursa Efek Indonesia (BEI), masing-masing turun 4 persen pada kuartal I-2025 dan 2 persen pada kuartal II-2025.
CGSI menilai sektor telekomunikasi dan perbankan berpotensi mulai membaik di kuartal III-2025, setelah mengalami tekanan besar pada EPS di kuartal II-2025.