Sudjono menyebut mobilisasi masyarakat yang kembali aktif, hingga daya konsumsi yang mulai menggeliat ikut mendorong pembiayaan perseroan.
"Serta kondusifnya perekonomian nasional sepanjang tahun lalu yang ditunjang oleh ekspor yang gencar dibarengi derasnya aliran investasi ke berbagai sektor usaha," imbuhnya.
Adapun piutang pembiayaan yang dikelola BFIN tercatat Rp20,5 triliun atau tumbuh 40,7% yoy dengan portofolio pembiayaan roda empat sebesar 67,3%, alat berat dan mesin 13,0%, roda dua 11,9%, pembiayaan agunan sertifikat rumah dan ruko (property-backed financing) 4,2%, serta syariah sebesar 3,6%.
Balance sheet BFIN juga menunjukkan ada peningkatan. Total aset perseroan tumbuh 40,25% mencapai Rp21,92 triliun, dengan return on Assets (RoA) dan Return on Equity (RoE) masing-masing berada di posisi 12,2% dan 21,9%.
Adapun rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) dapat ditekan di angka bruto 1,00% atau turun 25 bps yoy dengan NPF coverage berada pada angka 4,1 kali. Persentase NPF ini lebih rendah dari rata-rata industri yang dilaporkan mencapai 2,32% per Desember 2022.
(SLF)