sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Laba hingga Saham Jeblok, Starbucks Terkepung Boikot?

Market news editor Maulina Ulfa
03/05/2024 15:16 WIB
Raksasa kopi berbasis Seattle Amerika Serikat (AS) Starbucks Corp mencatatkan kinerja buruk pada kuartal-II yang berakhir pada Maret 2024.
Laba hingga Saham Jeblok, Starbucks Terkepung Boikot? (Foto: Starbucks)
Laba hingga Saham Jeblok, Starbucks Terkepung Boikot? (Foto: Starbucks)

IDXChannel - Raksasa kopi berbasis Seattle Amerika Serikat (AS) Starbucks Corp mencatatkan kinerja buruk pada kuartal-II yang berakhir pada Maret 2024 di tengah seruan boikot yang menggema usai serangan Israel ke Palestina.

Laba perusahaan kedai kopi terbesar di dunia tersebut mencapai USD772,4 juta atau sekitar Rp12,5 triliun pada kuartal yang berakhir 31 Maret, turun 15 persen dibandingkan periode serupa tahun lalu.

Sementara itu, pendapatan turun dua persen menjadi USD8,6 miliar atau sekitar Rp139 trilun. Pendapatan di Amerika Utara turun tiga persen, sementara di China turun 11 persen.

Raksasa kopi ini mencatatkan penurunan 5 persen pendapatan bersih untuk segmen penjualan internasional dibandingkan Q2 2023 menjadi USD1,8 miliar di Q2 2024.

Penyebab penurunan pendapatan ini adalah kombinasi pelemahan mata uang, penurunan penjualan dan transaksi dari pemegang lisensi waralaba di seluruh dunia. (Lihat tabel di bawah ini.)

Penurunan ini sebagian diimbangi oleh pertumbuhan toko baru yang dioperasikan perusahaan sebesar 12 persen selama 12 bulan terakhir.

Pendapatan operasional turun menjadi USD233,8 juta pada periode fiskal yang sama dibandingkan dengan USD314,7 juta pada Q2 2023.

Margin operasional juga mengalami penurunan 13,3 persen di banding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 17 persen.

Hal ini terutama didorong oleh kegiatan promosi, investasi tambahan upah dan tunjangan mitra toko, serta perubahan bauran penjualan, sebagian diimbangi oleh penetapan harga di pasar tertentu.

Semetara Starbucks juga mencatatkan pendapatan bersih untuk segmen Amerika Utara 2024 tidak berubah dibandingkan Q2 2023 sebesar USD6,4 miliar pada Q2 2024, terutama didorong oleh penurunan penjualan toko sebesar 3 persen dan penurunan transaksi sebesar 7 persen.

Imbas laporan keuangan yang mengecewakan, raksasa kopi ini mengalami hari perdagangan terburuknya sejak Maret 2020, dengan sahamnya anjlok hampir 16 persen pada perdagangan Rabu (1/4) pasca laporan keuangan dirilis.

Ini membuat saham Starbucks longsor 14,38 persen sepanjang pekan ini. Sejak awal tahun (YtD), saham Starbucks amblas 18,74 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

 

Imbas Boikot Mulai Terasa

CFO Starbucks, Rachel Ruggeri, juga mengatakan kepada Yahoo Finance bahwa penurunan pendapatan disebabkan oleh para pelanggan yang memperketat pengeluarannya, dan perusahaan tidak menanggapinya dengan cukup serius.

Dia menambahkan bahwa konflik di Timur Tengah dan lingkungan promosi yang lebih tinggi di China juga membebani kinerja kuartalan.

Ketika Yahoo Finance bertanya apakah Starbucks berencana menurunkan harga, Ruggeri berkata bahwa pihaknya tidak berencana menurunkan harga.

Informasi tambahan, saham Starbucks anjlok 35 persen pada tahun lalu, dibandingkan dengan kenaikan 22 persen pada S&P 500.

"Kinerja ini tidak memenuhi harapan kami. Prospek ekonomi yang buruk berdampak pada penjualan secara luas,” Kepala Eksekutif Starbucks Laxman Narasimhan, dilansir dari AFP pada Rabu (1/5).

Starbucks dikabarkan berupaya mengerahkan berbagai strategi untuk kembali menarik pelanggan seperti penawaran nilai, inovasi menu, dan layanan yang lebih cepat.

Namun, pakar Wall Street mengatakan kepada Yahoo Finance bahwa mereka skeptis bahwa upaya tersebut akan cukup untuk memperbaiki keadaan.

"Saya sebenarnya berpikir mereka mengambil jalan yang salah. Bisnis harus menyederhanakan dan fokus pada inti. Mereka mengambil terlalu banyak arah sekaligus, ketika bisnis sedang memburuk,” kata analis Jefferies Andy Barish kepada Yahoo Finance.

Sementara analis Citi, Jon Tower, menyampaikan nada serupa dalam catatan kliennya.

“Starbucks meletakkan banyak dayung ke dalam air untuk mencoba mendayung kembali ke pantai. Kami prihatin, ini mengabaikan kebocoran yang sebenarnya tengah terjadi di dasar kapal,"ujar Tower. (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement