Dia menambahkan, perseroan sedang memperkuat neraca keuangan melalui divestasi aset non-inti, salah satunya di Bali yang disebut bakal selesai tahun ini.
“Kami perkirakan divestasi lahan di Bali punya potensi kas Rp1,2 triliun hingga Rp2,3 triliun, yang bisa menurunkan net gearing dari 54 persen di semester I-2025 menjadi 38-45 persen pasca-transaksi,” tutur dia.
Dari sisi pendapatan berulang (recurring income), kontribusi SMRA terus meningkat. Pada kuartal II-2025, recurring income naik 9 persen secara kuartalan dan 5 persen tahunan, ditopang pertumbuhan mal dan hotel.
Recurring income SMRA, kata Kevin, menyumbang 36 persen dari pendapatan semester I-2025.
"Kami proyeksikan recurring ini tumbuh 11 persen CAGR sepanjang 2025-2027 dengan tambahan mal di Bandung, Bekasi, Makassar, serta Harris Hotel Serpong,” ujar Kevin.
Maybank Sekuritas juga menilai valuasi SMRA saat ini masih tertekan. Saham SMRA diperdagangkan dengan diskon 86 persen terhadap RNAV, tertinggi di antara emiten properti sejenis.