Meski mengalami penurunan laba bersih dan pendapatan, volume produksi bijih nikel sepanjang semester I-2024 naik menjadi 34.774 metrik ton dibanding periode sama pada tahun sebelumnya 33.691 metrik ton.
Sejalan dengan kenaikan produksi, penjualan nikel matte juga naik menjadi 35.680 per akhir Juni 2024 dibandingkan tahun sebelumnya 33.221 ton.
Presiden Direktur dan CEO Vale Indonesia (INCO), Febriany Eddy mengatakan, laba kuartal II-2024 telah memperhitungkan kerugian yang belum terealisasi sebesar USD6,1 juta atas pengakuan nilai wajar aset derivatif, yaitu hak partisipasi dalam investasi perseroan di PT Kolaka Nickel Indonesia.
Esensi dari penyesuaian harga derivatif adalah kerugian yang tidak terealisasi dan bersifat non-operasional.
“Jika dinormalisasi, kami mencatat laba sebesar USD35,9 juta pada kuartal II-2024, lebih tinggi 122 persen dibandingkan kuartal sebelumnya,” ujar Febriany dalam keterangannya, ditulis Selasa (30/7).
Penjualan INCO pada kuartal II-2024 sebanyak 17.505 metrik ton nikel matte, yang menghasilkan pendapatan USD248,8 juta atau meningkat 8 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Harga realisasi rata-rata bijih nikel turut menjadi beban perseroan karena mengalami penurunan sepanjang semester I=2024 sekitar USD13.416 per ton, dibanding periode sama pada tahun sebelumnya USD19.836 per ton.