Prospektus dan harga juga harus diperhatikan bagi para investor, karena menentukan saham yang dibeli menjadi jangka panjang atau hanya jangka pendek. Terkadang untuk investasi jangka panjang justru emiten yang ukurannya kecil, karena evaluasinya tidak sebesar emiten yang skala besar.
“Kalau bisnisnya bagus kalau di harga mahal lalu konsolidasi ketika harga mahal, dan dilihat murah prospeknya biasa saja. Maka semurah apapun maka tidak akan terlalu menarik, dan yang kedua adalah bisnis model. Apakah produk tersebut dalam 5 tahun ke depan akan dicari ke depan masih dicari orang, dan tentu saja cocok-cocokan harga atau sesuai budget masing- masing,” ujar CEO Galeri Saham, Rio Rizaldi pada IG live BreakTime @idxchannel pada (8/8/2022).
Saham yang menyentuh auto rejection bawah (ARB) usai listing perdana kemungkinan adalah proses IPO-nya kurang diminati masyarakat. Namun beberapa orang yang tertarik membeli sahamnya ketika sudah di beredar di pasang masih menahan diri, karena harga dinilai masih cukup tinggi.
Bicara investasi yang harus diperhatikan ada tiga hal, bisnis model, latar belakang emiten, dan laporan keuangannya.
“Prinsip saya dalam investasi harus perhatikan 3 hal. Pertama, bisnis model. Apakah emiten bisnisnya akan longlasting atau hanya tren sesaat, jika longlasting maka bisa dilihat manajemennya untuk bisa melihat kredibilitasnya. Kedua, hidup mati pemilik emiten, apakah produk yang di-IPO kan adalah bisnis utamanya atau hanya bisnis sampingan, dan yang terakhir adalah laporan keuangannya, yang labanya bisa naik waktu ke waktu,” tutup Rio. (TYO/RIDHO)