IDXChannel – Pelantikan menteri dan lima wakil menteri (Wamen) baru oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Senin pagi (17/7) dinilai bisa berdampak positif secara tidak langsung terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Analis senior sekaligus VP PT Samuel Sekuritas Indonesia M. Alfatih menyebut, reshuffle kabinet memiliki efek yang baik untuk indeks pasar saham dalam negeri. “Menurut saya positif saja,” katanya kepada IDXChannel, Senin (17/7/2023).
“Bagi IHSG, pelantikan ini tidak banyak mengubah kebijakan yang ada. Dan mungkin yang lebih berpengaruh adalah perkembangan ekonomi global dan nasional, serta kinerja masing-masing emiten,” ujarnya.
Menurut Alfatih, beberapa posisi penting, seperti Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu), memang perlu pengganti setelah Wamenlu sebelumnya pindah jabatan.
“Wamen BUMN, kita lihat juga teman baik ET [Erick Thohir]. Jadi, bisa sejalan. Sekaligus jika ET menjadi Cawapres [calon wakil presiden], tentu perlu yang mem-back-up di BUMN,” imbuhnya.
Sementara, pengamat pasar saham Michael Yeoh menjelaskan, tidak terlihat perubahan yang signifikan secara langsung. “[Ini] karena reshuffle pun memerlukan waktu untuk pembuktian kinerja,” tutur Yeoh kepada IDXChannel, Senin (17/7).
Dia melanjutkan, kinerja pemerintahan Jokowi terhadap pengaruh penanaman modal asing (Foreign Direct Investment/FDI) cukup baik.
“Melihat data dari 2021 ke 2023, terjadi pertumbuhan signifikan, melebihi 30% growth [pertumbuhan],” beber Yeoh.
Secara historis, demikian imbuh Yeoh, realisasi investasi di Indonesia setiap tahunnya mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan dan mencapai titik tertingginya pada 2022, yakni sebesar Rp1.207 triliun.
Karena itu, menurut hemat Yeoh, bila reshuffle ini menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi, maka FDI akan meningkat lebih baik.
Dan tentunya, katanya, sektor yang akan dirasakan pertama adalah lahan industri, manufaktur, dan pada gilirannya semua sektor.
“[Hal tersebut] karena meningkatnya Investasi asing ke Indonesia artinya penyerapan tenaga kerja, GDP [produk domestik bruto], dan a whole sector economy will more good [perekonomian seluruh sektor akan lebih baik],” pungkas Yeoh.
Sedangkan, menurut praktisi pasar modal yang juga dosen magister Universitas Trisaksi dan Universitas Atmajaya Hans Kwee, efek positif reshuffle terhadap IHSG berbarengan dengan pasar saham yang tengah positif.
“Efeknya positif. Tapi memang pasar saham sedang positif karena pasar global mendukung,” kata Hans kepada IDXChannel, Senin (17/7).
Hans menjelaskan, Indeks Harga Produsen (PPI) dan Konsumen (CPI) AS sama-sama menunjukan pertumbuhan yang lambat.
Angka inflasi yang terkendali, kata Hans, memberikan harapan The Fed mempertahankan suku bunga pada pertemuan September sampai akhir tahun.
“The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bsp pada pertemuan Juli. Suramnya data perekonomian China akan menjadi perhatian pelaku pasar,” jelas Hans.
Pekan ini, pelaku pasar menantikan data PDB China yang diperkirakan tumbuh 7,3% naik dari 4,5% sebelumnya.
“Awal pekan juga ada data Neraca Perdagangan Indonesia yang diperkirakan naik ke 1.35 B dari 0.44 B. Tengah pekan pelaku pasar menantikan data IHK Inggris dan Zona Eropa. IHK [Indeks Harga Konsumen] Inggris diperkirakan turun ke 8.2% dari 8.7% bulan lalu dan Zona Eropa juga turun ke 5.5 % dari sebelumnya 6.1%,” lanjutnya.
Melihat hal tersebut, Hans memperkirakan, IHSG berpeluang menguat terbatas dengan support di level 6.785 sampai level 6.711 dan resistance di level 6.900 sampai level 6.971.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG menguat 0,89 persen ke 6.931,27 beberapa menit setelah bel pembukaan pasar berbunyi. Per 10.00 WIB, IHSG masih melaju di zona hijau dengan kenaikan 0,50 persen ke 6.907,18.