IDXChannel – Pasar mulai menakar saham-saham berpeluang masuk ke dalam daftar konstituen baru menjelang pengumuman MSCI Index Review pada 7 Agustus mendatang.
Di tengah proses evaluasi yang disebut semakin kompleks, sorotan pun mengarah pada saham-saham milik Prajogo Pangestu. Namun, apakah saham Grup Barito tersebut benar-benar punya kans masuk atau setidaknya naik kelas dalam indeks bergengsi ini?
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menyoroti dinamika terbaru dalam proses evaluasi indeks MSCI yang dinilai mengalami perubahan besar dan berdampak terhadap akurasi proyeksi di tingkat domestik.
“Saat ini, acquirement untuk MSCI dalam proses upgrade perubahan yang cukup masif,” ujar Michael, Senin (4/8/2025).
Menurutnya, kompleksitas proses tersebut membuat institusi dalam negeri kesulitan melakukan simulasi yang presisi. “Sehingga perhitungan menjadi sulit untuk dilakukan oleh institusi dalam negeri,” imbuh Michael.
Di tengah situasi ini, hanya segelintir saham yang diperkirakan berpeluang masuk dalam peninjauan indeks MSCI periode Agustus 2025. “Saham yang berpotensi masuk hanya PTRO (small caps),” katanya.
Michael menambahkan bahwa saham CUAN milik Prajogo Pangestu kemungkinan besar belum memenuhi persyaratan teknis free float yang ditetapkan oleh MSCI.
“Sementara CUAN, karena batas threshold free float 15 persen, potensi untuk masuk kecil di Agustus ini,” tuturnya.
Ia juga menyoroti fokus strategi Grup Barito besutan Prajogo yang memang cenderung mengincar eksposur indeks. “Untuk saham Prajogo, fokus utama memang adalah index play,” kata Michael.
Sebagai catatan, index play merujuk pada strategi mengincar masuknya saham ke dalam indeks global seperti MSCI untuk menarik minat investor institusi.
Dalam kelompok saham Grup Barito, BRPT dan TPIA—yang sudah berada dalam indeks MSCI—dinilai memiliki keunggulan tersendiri dalam hal kapitalisasi pasar free float, sehingga peluang mereka untuk mendapatkan peningkatan bobot dalam indeks semakin besar.
“BRPT dan TPIA diketahui memiliki free float market cap yang tinggi sehingga tentu akan mendapatkan upgrade weighting pada Agustus nanti,” pungkasnya.
Dominasi Sektor Perbankan
Indeks MSCI Indonesia terus menunjukkan konsentrasinya pada saham-saham unggulan berkapitalisasi besar dan menengah, dengan cakupan sekitar 85 persen dari total nilai pasar saham Indonesia.
Per 31 Juli 2025, indeks ini memiliki 17 konstituen utama, dipimpin oleh PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dengan bobot tertinggi mencapai 27,49 persen.
Selain BCA, konstituen utama lainnya meliputi BBRI (15,15 persen), BMRI (10,08 persen), serta TLKM (8,54 persen). Kemudian, saham sektor otomotif seperti Astra atau ASII turut masuk lima besar dengan bobot 6,18 persen.
Secara sektoral, MSCI Indonesia Index didominasi oleh sektor keuangan dengan bobot 56,3 persen, disusul material atau barang baku (11,7 persen), layanan komunikasi (8,5 persen), dan barang konsumsi primer (8,3 persen). Sektor-sektor lain seperti industri, energi, dan kesehatan mencatatkan bobot di bawah 7 persen.
Sumber: MSCI
Saham lainnya yang masuk daftar 10 besar antara lain TPIA, BRPT, BBNI, GOTO, dan AMMN. Dominasi sektor keuangan dan sejumlah emiten besar menunjukkan bahwa pergerakan indeks ini sangat dipengaruhi oleh kinerja korporasi papan atas nasional.
Sebagai bagian dari rutinitas peninjauan (review) berkala, MSCI Inc telah menetapkan jadwal review indeks untuk 2025 hingga awal 2026. Proses ini penting bagi investor institusi karena berpotensi memicu arus modal besar, terutama bagi saham-saham yang masuk maupun keluar dari indeks global MSCI.
Untuk 2025, MSCI August 2025 Index Review akan diumumkan pada 7 Agustus 2025, dengan implementasi efektif pada 27 Agustus 2025. Sementara November 2025 Index Review dijadwalkan pada 5 November 2025, dan berlaku mulai 25 November 2025.
Selanjutnya, February 2026 Index Review akan diumumkan pada 10 Februari 2026, dan efektif pada 2 Maret 2026. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.