sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Menanti Tuah Cuan Saham Media, Belanja Iklan Terus Bertumbuh

Market news editor Melati Kristina - Riset
28/11/2022 06:30 WIB
Sektor media diproyeksikan akan bertumbuh seiring pulihnya pendapatan pasca Covid-19 yang didukung oleh TV FTA hingga OTT.
Menanti Tuah Cuan Saham Media, Belanja Iklan Terus Bertumbuh. (Foto: MNC Media)
Menanti Tuah Cuan Saham Media, Belanja Iklan Terus Bertumbuh. (Foto: MNC Media)

Pemain Industri Media Tanah Air

Industri media Tanah Air dikendalikan oleh sejumlah nama besar. Seperti MNCN yang merupakan emiten media yang dimiliki oleh MNC Group.

Seperti yang diketahui, MNCN memiliki jaringan TV FTA yakni MNC TV, RCTI, Global TV, hingga iNews. Selain itu, MNC juga memiliki platformOTT yaitu RCTI+.

Informasi saja OTT merupakan layanan media yang dapat diakses melalui internet melalui streaming konten di suatu platform.

Selain MNCN, emiten televisi lainnya yaitu SCMA. Tercatat, SCMA memiliki dua saluran TV FTA yakni SCTV dan Indosiar.

Selain itu, SCMA juga menguasai layanan streaming yaitu PT Vidio Dot Com atau Vidio dengan kepemilikan 99 persen dan PT Mediatama Televisi (Nex Parabola) denan kepemilikan saham 51 persen.

SCMA merupakan emiten televisi yang dikuasai oleh konglomerasi Grup Emtek melalui PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) sebagai pengendali SCMA dengan kepemilikan saham mencapai 60,97 persen.

Selain dua emiten yang disebutkan di atas, terdapat perusahaan televisi lainnya yang tercatat di bursa, yaitu PT Visi Media Asia (VIVA) dan PT Net Visi Media Tbk (NETV).

VIVA merupakan emiten media yang dimiliki oleh konglomerasi Grup Bakrie. Adapun emiten ini merupakan pengendali TV One. Selain itu, VIVA juga merupakan induk usaha dari PT Intermedia Capital Tbk (MDIA) yang mengelola ANTV.

Menurut catatan Bursa Efek Indonesia (BEI) per 31 Oktober 2022, VIVA merupakan pengendali saham MDIA dengan kepemilikanmencapai 89,99 persen.

Emiten selanjutnya, yaitu NETV yang merupakan induk media yang menyiarkan siaran TV, produksi konten, hingga media digital. NETV juga tercatat baru melantai di bursa pada 26 Januari 2022.

Adapun emiten ini juga memiliki anak usaha yang bergerak di bidang pembuatan konten untuk program TV, yaitu Kreatif Inti Korpora (Creative Inc).

Kinerja Keuangan hingga Saham Masih Terkontraksi

Meskipun belanja iklan tumbuh, emiten media masih mengalami kinerja keuangan yang terkontraksi.

Melansir laporan keuangan emiten, NETV mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih yang terkontraksi hingga 19,50 persen secara yoy di 9 bulan 2022. Adapun pendapatan bersih yang diperoleh emiten ini mecapai Rp285,51 miliar.

Selain itu, NETV juga membukukan rugi bersih di 9 bulan 2022 yang mencapai Rp147,57 miliar.

Menyusul NETV, emiten lain yang turut membukukan rugi bersih yakni VIVA. Emiten milik Grup Bakrie tersebut membukukan rugi bersih yang membengkak sebesar Rp659,57 miliar di semester I-2022.

Padahal di periode yang sama tahun lalu, rugi bersih yang dibukukan oleh VIVA hanya sebesar Rp478,12 miliar.

Selain menanggung rugi bersih, VIVA juga mencatatkan pendapatan bersih yang merosot 0,66 persen menjadi Rp914,23 miliar di laporan keuangan teranyarnya pada semester I-2022.

Emiten lain yang mengalami kinerja keuangan yang terkontraksi yaitu SCMA, yang laba bersihnya di 9 bulan 2022 anjlok 21,92 persen menjadi Rp830,77 miliar. (Lihat tabel di bawah ini.)

Kendati laba bersihnya merosot, SCMA masih membukukan pendapatan bersih yang melesat sebesar 12,78 persen. Ini merupakan pertumbuhan pendapatan bersih yang paling unggul dibanding emiten lainnya.

Adapun pedapatan bersih yang diperoleh SCMA di periode ini mencapai Rp4,95 triliun. Meningkatnya pendapatan bersih SCMA ditopang oleh pendapatan iklan yang mencapai Rp5,13 triliun atau melesat sebesar 7,35 persen.

Selain itu, segmen penadapatan lain yang meningkat signifikan yaitu pendapatan lain-lain yang mencapai 47,25 persen menjadi Rp804,75 miliar di 9 bulan 2022.

Tak hanya SCMA, emiten media lainnya yang turut mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih adalah MNCN, yakni sebesar 8,46 persen menjadi Rp5,27 triliun di semester I-2022.

Selain pendapatan bersih yang meningkat, MNCN menjadi satu-satunya emiten yang mencatatkan laba bersih yang bertumbuh.

Melansir laporan keuangan emiten teranyar pada semester I-2022, laba bersih MNCN naik 0,86 persen menjadi Rp1,20 triliun.

Kendati keuangan MNCN masih bertumbuh, kinerja saham emiten ini sepanjang tahun 2022 masih memerah bersama emiten media lainnya.

Menurut data BEI per Kamis (24/11), kinerja saham MNCN secara year to date(YTD) turun hingga 10 persen.

Selain MNCN, saham lainnya yang terkontraksi yaitu SCMA, yang sahamnya merosot hingga 22,70 persen sepanjang 2022.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement