"Kami melihat positif, rasio CASA terhadap kredit meningkat ke 82,2% (Jun-19: 70%) yang akan menjaga sustainability pembiayaan kredit ke depannya. Patut dicermati peningkatan tren funding cost, yang meningkat ke 1,98% (2022: 1,51%) sejalan dengan tren kenaikan suku bunga acuan. Secara likuiditas masih kuat, dimana LDR berada di level 85,1%," dari data riset tersebut.
Kredit restrukturisasi terus mengalami penurunan. BBNI mencatatkan kredit restrukturisasi Covid yang turun ke Rp40,6 triliun di Juni-23 (Desember 22: Rp62,9 triliun) atau setara dengan 6,3% ke total kredit, dengan loan loss reserve sebesar 32,2% (stage 1: 1,8%; stage 2: 45,5%; stage 3: 70,3%).
LAR juga terus mencatatkan penurunan ke 16,1% di Jun-23 (Jun-22: 19,6%). Sementara itu, risiko kredit ke perusahaan konstruksi BUMN relatif terjaga (porsi 1,4% ke total kredit) dengan pencadangan sebanyak 53,5%.
Perseroan melihat tidak akan ada peningkatan provisi yang signifikan kedepannya untuk perusahaan konstruksi karya. Sebagai informasi, perseroan memperkirakan credit cost akan stabil di <1,5% di 2023 (semester I 2023:1,4%).
Ekspansi ke UKM melalui digital bank. Perseroan telah melakukan akuisisi untuk Bank Mayora pada 18 Mei 2022 dan saat ini rebranding menjadi Hibank (kepemilikan BBNI: 63,92%) yang akan berfokus untuk kredit UKM. Saat ini, Hibank sudah menyalurkan Rp600 miliar, dengan NPL yang terjaga di 2,1%.
Sekadar informasi, saham BBNI berakhir di zona merah dengan pelemahan 0,28 persen ke 8.875 pada penutupan perdagangan Jumat (28/7). Saham bank BUMN tersebut sudah melorot 1,93 persen dalam sepekan terakhir dan susut 3,79 persen secara year to date.
(FAY)