Hingga September 2022, Astra Agro mencatat produksi CPO sebesar 984 ribu ton, atau turun sebesar 13,7% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Penurunan ini juga diiringi dengan penurunan TBS proses sebesar 12,0% sebagai imbas dari masih dirasakannya penurunan produktivitas tanaman akibat kemarau panjang yang terjadi pada tahun 2019.
Sementara di posisi ketiga ada perusahaan Grup Salim PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dengan pendapatan mencapai Rp 14,4 triliun di 2020.
Hingga September 2022, Grup SIMP mencatat penjualan sebesar Rp12,33 triliun, turun 13% yoy terutama karena turunnya penjualan produk Minyak & Lemak Nabati yang sebagian diimbangi oleh kenaikan harga jual rata-rata produk sawit.
Adapun laba bruto sebesar Rp3,34 triliun atau turun 3% yoy, laba usaha Rp2,20 triliun, meningkat 12% yoy dan EBITDA Rp3,36 triliun atau meningkat 14% yoy. Di sisi core profit juga mengalami kenaikan 37% yoy menjadi Rp1,42 triliun.
Sementara, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 59% yoy menjadi Rp896 miliar.
Di sisi produksi, TBS inti yang dihasilkan SIMP sekitar 2,1 juta ton, relatif tidak berubah yoy seiring pengaruh cuaca yang tidak mendukung terutama di periode kuartal 1 2022. Total produksi CPO naik 5% yoy menjadi 551 ribu ton.
Sementara pada kuartal 3 tahun ini, produksi TBS inti dan CPO masing-masing meningkat 20% dan 21% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Beberapa nama lain pemain sawit RI di antaranya PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) dengan pendapatan Rp 6,6 triliun di tahun 2022, PT Mahkota Group Tbk (MGRO) sebesar Rp4,1 triliun, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) mencapai Rp4 triliun.
Kemudian, perusahaan Grup Salim PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) sebesar Rp3,5 triliun, Grup Sampoerna PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) senilai Rp3,5 triliun, Grup Bakrie PT Bakrie Sumatera Plantations (UNSP) mencapai Rp2,5 triliun, dan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) Rp2,5 triliun. (ADF)