“Sampai tahun lalu, pelanggan kita masih didominasi dari instansi pemerintah, atau bersumber dari anggaran pemerintah, makanya konstribusi semester I sangat kecil, di semester II baru mulai masuk pembelian besar. Sejak kuartal IV 2020, kita mulai fokus masuk ke non-pemerintah/swasta atau kita kategorikan ritel dan hasilnya sangat baik seperti yang sudah terlihat di semester I ini," ujar Hendry.
Pada laporan Neraca perusahaan, terjadi peningkatan aset di kuartal II-2021 menjadi Rp975,1 miliar dibandingkan posisi akhir tahun 2020 sebesar Rp535,3 miliar. Kenaikan tersebut, terbesar disumbang oleh naiknya pos persedian yang naik dari Rp20,1 miliar di tahun 2020 menjadi Rp443,9 miliar di kuartal II-2021. Kenaikan persediaan tersebut, dilakukan untuk mengantisipasi
lonjakan permintaan di semester II yang secara tahunan selalu paling besar.
Direktur Keuangan Itama Ranoraya, Pratoto Setno Raharjo menjelaskan, untuk mengantisipasi tingginya permintaan di semester II, perseroan meningkatkan persediaan barang, sehingga proses pendistribusian barang untuk memenuhi pesanan bisa lebih cepat.
”Karena produk kita ini adalah produk-produk kesehatan yang saat ini sedang dibutuhkan, tentu sangat penting untuk memastikan ketersedian dan kesiapan dalam hal pasokannya, apalagi kita mendapat fasilitas utang usaha dari para prinsipal untuk melakukan stok/persediaan tersebut, tanpa bunga, jadi tidak ada biaya untuk fasilitas utang usaha tersebut," ucap Pratoto.
Realisasi performa perseroan di kuartal II-2021 masih sesuai dengan target Perseroan di sepanjang tahun 2021. Direktur Utama Itama Ranoraya, Heru Firdausi Syarif optimis bisa memenuhi target pendapatan dan laba bersih di tahun ini, yang ditargetkan tumbuh dalam kisaran 80 sampai 100 persen.