sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Minim Sentimen, Gerak IHSG dan Rupiah Tak Seirama Jelang Weekend

Market news editor Wahyudi Aulia Siregar
31/01/2025 18:19 WIB
Gerak IHSG dan Rupiah berlawanan arah pada perdagangan Jumat (31/1/2025).
Minim Sentimen, Gerak IHSG dan Rupiah Tak Seirama Jelang Weekend (foto mnc media)
Minim Sentimen, Gerak IHSG dan Rupiah Tak Seirama Jelang Weekend (foto mnc media)

IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) seharian menguat pada perdagangan Jumat (31/1/2025). Sementara rupiah justru melemah. 

IHSG ditutup menguat 0,50 persen ke level 7.109 sore ini. IHSG bertahan di zona hijau setelah bergerak dalam rentang 7.095 hingga 7.174 sepanjang sesi perdagangan. 

Penguatan IHSG sejalan dengan mayoritas Bursa di Asia yang juga berakhir menguat. Tidak jauh berbeda dengan IHSG, banyak Bursa di Asia yang menguat terbatas. 

"Penguatan IHSG terjadi saat minimnya sentimen ekonomi di pasar," kata Analisis Pasar Keuangan, Gunawan Benjamin dalam risetnya, Jumat (31/1/2025). 

Menurut Gunawan, data investasi asing langsung di Indonesia selama kuartal IV-2024 yang mengalami kenaikan sebesar 33,3 persen, menjadi satu-satunya kabar positif bagi pasar keuangan pada hari ini. 

Meski demikian, kinerja rupiah pada perdagangan hari ini berlawanan arah. Mata uang Garuda melemah di level Rp16.295 per USD. 

Bahkan rupiah sempat melemah hingga ke Rp16.320 per USD selama sesi perdagangan berlangsung. 

"Sentimen suku bunga masih menjadi pemicu utama melemahnya mata uang rupiah belakangan ini. Tekanan terhadap mata uang rupiah terpantau mengalami peningkatan selama sesi perdagangan berlangsung," tutur Gunawan. 

Gunawan mengatakan, kenaikan imbal hasil US Treasury selama sesi perdagangan di Asia membuat USD menguat terhadap mayoritas mata uang di Asia, termasuk rupiah. 

Tidak hanya berdampak terhadap rupiah, kinerja IHSG juga terlihat mengurangi keuntungannya dan terpantau mengalami tekanan jual di sesi perdagangan kedua.

"Pemicu melemahnya pasar keuangan di Tanah Air tidak terlepas dari kekhawatiran terhadap laju tekanan inflasi AS. Inflasi di AS diproyeksi mengalami peningkatan yang bisa mengubah ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter longgar The Fed," katanya.

(Fiki Ariyanti)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement