Sedangkan, dibanding berinvestasi pada deposito bank big four, berinvestasi di saham bank-bank ini bisa mendatangkan cuan yang lebih besar.
Berdasarkan jumlah dividen per saham yang hendak dibagikan dan harga saham saat ini, bank big four di atas menghasilkan imbal hasil atau dividend yield hingga 6 persen.
Tercatat, dividend yield pada pembagian dividen mendatang dari BBRI mencapai 6,09 persen. Sementara, dividend yield dari BMRI mencapai 5,37 persen.
Artinya, dividend yield dari kedua emiten di atas tergolong tinggi karena angkanya berada di atas 5 persen.
Adapun, dividend yield dari BBNI dan BBCA pada periode ini masing-masing mencapai 4,39 persen dan 2,47 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Kendati demikian, bila dibandingkan dengan yield dari obligasi pemerintah dan Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor satu tahun, dividend yield dari bank big four di atas menghasilkan cuan yang lebih kecil.
Melansir data investing, yield dari obligasi pemerintah dengan tenor satu tahun per Kamis (16/3) mencapai 6,21 persen.
Sedangkan, yield dari SBN tenor satu tahun pada periode yang sama mencapai 6,04 persen, yang mana lebih tinggi dibanding dividend yield dari BMRI, BBNI, dan BBCA.
Meski memiliki dividend yield yang lebih kecil dibanding kedua jenis investasi di atas, berinvestasi di saham mempunyai potensi apresiasi harga atau capital gain, walaupun memang terkadang harga saham juga terbuka untuk koreksi.
Mewaspadai Sentimen Saham Perbankan
Meskipun berburu dividen pada emiten bank big four bisa mendatangkan cuan, investor perlu memerhatikan sejumlah setimen di industri ini, terutama kondisi pasar saham Tanah Air yang tengah lesu belakangan.
BEI mencatat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali merosot bahkan mencapai level psikologis 6.500 pada Kamis (16/3).
Adapun, per Kamis (16/3), IHSG berada di level 6.565,73 atau merosot sebesar 0,94 persen. Bahkan, dalam dua pekan, IHSG sudah anjlok dari level psikologis 6.800 ke level 6.500.
Merosotnya IHSG dalam sepekan terakhir tak lepas dari berbagai sentimen global, termasuk aksi jual besar-besaran saham bank Credit Suisse setelah bank menyebut, investor terbesarnya tidak mau melakukan suntikan dana ke bank Swiss tersebut.
Dampaknya, saham Credit Suisse rontok ke level terendah dan memicu aksi jual gede-gedean di pasar Eropa yang turut berimbas bagi bursa saham Wall Street.
Selain itu, kolapsnya bank besar Amerika Serikat (AS), yakni Silicon Valley Bank (SVB) hingga Signature Bank di tengah kebijakan hawkish The Fed dalam menaikkan suku bunga yang diikuti rontoknya saham-saham bank di AS menjadi sentimen negatif bagi IHSG, tak terkecuali bank big four.