BAUT sampai Winner Group Nyungsep ke Gocap
Selain saham emiten-emiten IPO yang menguat setelah melantai di bursa, beberapa emiten terpantau memiliki harga saham yang ambles dibanding ketika pertama manggung di bursa.
Bahkan, terdapat empat emiten yang harga sahamnya pada saat ini berada di level gocap, atau di kisaran Rp50/saham. Emiten tersebut adalah PT Mitra Angkasa Sejahtera Tbk (BAUT), PT Nusatama Berkah Tbk (NTBK), PT Nanotech Indonesia Global Tbk (NANO), dan PT Winner Nusantara Tbk (WINR).
BAUT menjadi emiten dengan kinerja saham terburuk dibanding emiten lain yang baru manggung di bursa. Berdasarkan data BEI pada Selasa (12/7), kinerja harga saham emiten ini anjlok minus 50 persen semenjak melantai di bursa di level Rp50/saham.
Emiten yang bergerak di bidang perdagangan besar logam mur dan baut ini pertama kali melantai lewat IPO pada 28 Januari 2022 lalu. Adapun harga IPO BAUT mencapai Rp100/saham.
Meski demikian, merosotnya kinerja saham BAUT terjadi di tengah kinerja keuangan yang tumbuh positif pada triwulan I-2022.
Sebagaimana dilansir dari laporan keuangannya, pendapatan bersih BAUT tumbuh sebesar 46,62 persen di periode ini menjadi Rp45,30 miliar. Bahkan, laba bersih emiten ini melesat hingga 330,91 persen secara year on year (yoy).
Di triwulan I-2022, BAUT berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp956,25 juta. Padahal di periode yang sama tahun lalu, laba bersih emiten ini hanya sebesar Rp221,91 juta. Meningkatnya laba bersih emiten secara signifikan didukung oleh meningkatnya pendapatan perusahaan.
Selain BAUT, PT Nusatama Berkah Tbk (NTBK) juga mencatatkan kinerja saham yang ambruk hingga minus 50 persen sejak pertama kali melantai dibursa. Adapun harga IPO emiten ini sebesar Rp100/saham, namun terus turun hingga level Rp50/saham di perdagangan Selasa (12/7).
NTBK merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri berat siap pasang dari baja bangunan, perdagangan besar maupun eceran mobil baru, suku cadang, hingga industri tangki dan mesin penambangan serta konstruksi.
Sama seperti BAUT, kinerja saham NTBK rontok di tengah kinerja keuangan emiten yang solid di triwulan pertama tahun ini. Adapun NTBK berhasil mencetak pendapatan bersih hingga Rp15,69 miliar atau melesat 72,92 persen secara tahunan.
Di samping itu, laba bersih NTBK juga ikut meroket hingga 247,29 persen pada triwulan I-2022. Di periode ini, NTBK membukukan laba bersih hingga Rp207,07 juta. Sementara di periode yang sama tahun sebelumnya, laba bersih emiten ini hanya sebesar Rp59,62 juta.
Perusahaan yang berada di level gocap lainnya yaitu PT Nanotech Indonesia Global Tbk atau NANO. Per Selasa (12/7), harga saham NANO turun minus 48 persen menjadi Rp52/saham. Adapun harga IPO emiten ini dibuka pada Rp100/saham.
BEI mencatat, saham NANO dalam bulan Juli sudah menyentuh auto rejection atas (ARB) 7 persen sebanyak dua kali secara beruntun.
Pada Rabu (6/7), saham NANO anjlok hingga minus 8,70 persen. Sementara di perdagangan Kamis (7/7), harga saham emiten ini kembali ambruk hingga minus 9,52 persen.
NANO merupakan perusahaan ke-10 yang tercatat di BEI pada tahun 2022. Adapun perusahaan yang berdiri sejak 2019 ini bergerak di bidang penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi rekayasa lainnya serta aktivitas konsultasi manajemen.
Perusahaan yang sahamnya ambruk setelah IPO terakhir yaitu PT Winner Nusantara Tbk (WINR). Sama seperti ketiga emiten lain, saham emiten ini anjlok minus 48 persen sejak pertama melantai di level gocap atau Rp52/saham.
Semenjak melantai perdana pada 25 April 2022, saham emiten properti asal Batam ini berkali-kali anjlok hingga kena ARB 7 persen. Pada perdagangan Kamis (7/7), saham WINR merosot mencapai minus 6,90 persen. Bahkan, dalam kurun sebulan, emiten ini sudah kena ARB sebanyak lima kali.
Menyusul ke empat emiten lainnya, PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC) masuk dalam deretan top losers emiten yang manggung di bursa pada tahun ini.
ASLC resmi melenggang di bursa pertama kali pada 25 Januari 2022. Dalam IPO, saham ASLC ditawarkan di harga Rp256/saham.
Autopedia merupakan bagian dari grup PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) di bawah naungan Grup Triputra. Emiten ini bergerak di bidang otomotif, mulai dari lelang mobil dan motor, jual beli mobil online, dan penyedia data harga mobil dan motor.
Berdasarkan data BEI pada Selasa (12/7), harga saham ASLC berada di level Rp138/saham. Ini berarti harga saham emiten ini sudah terkontraksi hingga minus 46,09 persen sejak pertama kali melantai di bursa. (ADF)
Periset: Melati Kristina
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.