"Situasi rapuh di Ukraina dan sanksi keuangan dan energi terhadap Rusia akan membuat krisis energi terus berlanjut dan minyak akan jauh di atas USD100 per barel dalam waktu dekat dan bahkan lebih tinggi jika konflik semakin meningkat," tulis Louise Dickson, analis pasar minyak senior dari Rystad Energy, dilansir Reuters, Selasa (1/3/2022).
Sementara itu, korporasi raksasa minyak seperti BP dan Shell mengumumkan rencana untuk keluar dari operasi dan usahanya di Rusia.
Ketatnya stok di tingkat global sedikit diredam dengan upaya Amerika Serikat dan sekutunya yang tengah membahas rencana rilis terkoordinasi pasokan minyak mentah untuk mengurangi minimnya ketersediaan. Rilis itu diperkirakan bisa mencapai antara 60 juta dan 70 juta barel.
"Kemungkinan rilis cadangan minyak itu akan membatasi kenaikan harga minyak untuk saat ini," tulis analis Commonwealth Bank of Australia dalam sebuah catatan. (TYO)