IDXChannel - OPEC+ menyetujui pengurangan produksi minyak hingga 2 juta barel per hari (bph) pada Rabu (5/10/2022). Hal itu bakal menyebabkan pasokan minyak di pasar semakin ketat.
Keputusan tersebut juga meresahkan bagi negara-negara Barat. Bahkan, Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyebut keputusan itu sebagai langkah yang picik.
Pemimpin de-facto OPEC, Arab Saudi, mengatakan pemotongan produksi 2 juta barel per hari (bph) sama dengan 2% dari pasokan global. Hal itu diperlukan sebagai upaya mengatasi kenaikan suku bunga di Barat dan ekonomi global semakin lemah.
Kerajaan itu menolak kritik bahwa mereka berkolusi dengan Rusia, yang termasuk dalam kelompok OPEC+, untuk mendorong harga lebih tinggi. Dia justru meuding nagara-negara Barat sering didorong oleh arogansi ketika mengkritik kelompok tersebut.
Gedung Putih mengatakan Presiden Joe Biden tengah mempertimbangkan untuk merilis stok minyak strategis lebih lanjut untuk menurunkan harga. "Presiden kecewa dengan keputusan picik OPEC+ untuk memangkas kuota produksi sementara ekonomi global menghadapi dampak negatif lanjutan dari invasi (Presiden Rusia Vladimir) Putin ke Ukraina," kata Gedung Putih dilansir dari Reuters, Kamis (6/10/2022).
Biden menghadapi peringkat persetujuan yang rendah menjelang pemilihan paruh waktu karena inflasi yang melonjak dan telah meminta Arab Saudi, sekutu jangka panjang AS, untuk membantu menurunkan harga.
Para pejabat AS mengatakan sebagian alasan Washington menginginkan harga minyak yang lebih rendah adalah untuk menghilangkan pendapatan minyak Moskow. Biden melakukan perjalanan ke Riyadh tahun ini tetapi gagal mendapatkan komitmen kerja sama yang kuat tentang energi. Hubungan semakin tegang karena Arab Saudi tidak mengutuk tindakan Moskow di Ukraina.