Trump juga mengatakan bahwa surat-surat pemberitahuan tarif untuk puluhan negara kecil lainnya akan segera dikirim.
Melansir dari Reuters, perjanjian ini menjadi salah satu dari beberapa kesepakatan yang telah dicapai pemerintahan Trump menjelang tenggat 1 Agustus, saat tarif atas sebagian besar impor AS dijadwalkan kembali naik. Sementara itu, Uni Eropa—mitra dagang utama AS—bersiap menerapkan langkah balasan jika negosiasi dengan Washington gagal.
Seiring mendekatnya tenggat tersebut, AS juga tengah berunding dengan sejumlah negara lain yang berharap dapat terhindar dari tarif tambahan di luar tarif dasar 10 persen yang telah berlaku sejak April.
Namun, pendekatan Trump dalam menetapkan kebijakan tarif kerap dianggap tidak konsisten. Langkah-langkah tersebut telah mengguncang pasar keuangan global dan membalikkan konsensus puluhan tahun terkait pengurangan hambatan perdagangan dunia, bahkan memicu kekhawatiran akan gelombang inflasi baru.
Berdasarkan pengumuman tarif yang disampaikan Trump hingga Minggu lalu, Yale Budget Lab memperkirakan tarif rata-rata efektif AS akan melonjak menjadi 20,6 persen, dari sebelumnya hanya 2–3 persen sebelum Trump kembali menjabat Januari lalu. Perubahan pola konsumsi diperkirakan menurunkan angka itu menjadi 19,7 persen, namun tetap menjadi level tertinggi sejak 1933.