Perusahaan-perusahaan dengan utang tinggi pun berada dalam posisi yang sangat rentan. Dengan penurunan pendapatan yang signifikan, banyak yang kesulitan untuk membayar utang, menimbulkan penurunan aktivitas ekonomi di dalam negeri.
Berkaca pada fakta tersebut, Ekonom dan Praktisi Keuangan, Hans Kwee mengatakan bahwa situasi sekarang ini masih terbawa dampak dari pandemi Covid-19. Di mana banyak bisnis yang terpaksa tutup akibat dampak yang berkepanjangan.
Meskipun ada upaya restrukturisasi utang untuk membantu perusahaan bangkit, banyak yang masih kesulitan mendapatkan modal tambahan untuk kembali beroperasi.
"Daya beli masyarakat juga menghilang, dan banyak pengusaha yang mengalami kerugian sehingga tidak dapat kembali beroperasi," tuturnya.
Hans Kwee memberikan contoh perusahaan tekstil Sritex (SRIL) yang dulunya sangat baik, namun kini kalah bersaing di pasar. Hal ini juga akibat dampak dari menurunnya pasar akibat pandemi Covid-19.
Daya beli masyarakat yang menurun juga menjadi faktor signifikan. Dia mencatat, sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sangat melambat dari tahun lalu hingga tahun ini, yang disebabkan pemerintah mundur terlalu cepat dalam memberikan stimulus Covid-19.
Hal ini menciptakan tantangan bagi bisnis untuk bersaing, terutama bagi pelaku usaha kecil yang membutuhkan dukungan lebih dari pemerintah.