IDXChannel - PT United Tractors Tbk (UNTR) berencana mengurangi kontribusi lini usaha batu bara demi mencapai tujuan net zero emission.
Direktur UNTR Iwan Hadiantoro mengatakan bahwa perseroan memiliki target mengurangi ketergantungan terhadap bisnis batu bara pada 2030 mendatang.
Nantinya, porsi pendapatan perseroan akan terbagi menjadi 50% berasal dari bisnis batu bara dan 50% lainnya berasal dari bisnis non batu bara.
“Saat ini sekitar 70% baik pendapatan maupun laba masih dikontribusi bisnis batu bara. Kalau ditanya apakah akan divestasi? Jawaban saya adalah, kami tidak akan melakukan penghentian bisnis batu bara secara tiba-tiba,” kata Iwan dalam Workshop Wartawan Pasar Modal di Menara Astra, dikutip Kamis (6/7/2023).
Iwan menyampaikan, bisnis batu bara perseroan yang saat ini sudah berjalan akan terus dilanjutkan hingga izin konsesinya berakhir. Setelah berakhir, perseroan berkomitmen untuk tidak memperpanjang kembali izin konsesi tersebut.
Untuk memuluskan langkah UNTR dalam mengurangi ketergantungan bisnis batu bara, Iwan menyebut bahwa perseroan tidak akan berinvestasi pada aset yang terkait dengan batu bara, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Selain itu, perseroan akan berfokus pada dua segmen bisnis yaitu, pertambangan mineral dan bisnis energi baru terbarukan (EBT).
“Kami akan perbesar aset di bisnis tambang mineral seperti emas, nikel, bauksit, dan tembaga. Kami juga secara aktif melakukan due diligence untuk memperbesar portofolio tambang mineral,” kata Iwan.
Pada lini bisnis EBT, perseroan juga fokus pada pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan pembangunan hydro power plant, baik yang dikembangkan sendiri maupun melalui anak usahanya.
“Mudah-mudahan bisa terus berkembang secara berkelanjutan, sehingga secara bertahap bisnis batu baranya bisa kami kurangi,” imbuh Iwan.
Perihal kinerja, UNTR membukukan laba bersih sebesar Rp5,32 triliun di kuartal I-2023. Angka itu naik 23,20% dari periode yang sama tahun 2022 lalu yang sebesar Rp4,32 triliun.
Sejalan dengan laba bersih, pendapatan perseroan juga tumbuh sebesar 24,69% menjadi Rp34,88 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp27,97 triliun.
(DES)