Selain itu, Presiden AS Donald Trump mulai memberlakukan tarif baru pada 2 April 2025 sehingga mendorong volatilitas pasar jelang RUPS. Khususnya saham perbankan seiring dengan investor yang mencermati kebijakan dan dividen.
Di samping itu, Audi menyebut tekanan asing masih menjadi salah satu faktor penekan pasar, tercatat outflow mencapai Rp33 triliun year to date (ytd). Juga, realokasi aset seiring sentimen negatif dari internal menjadi pendorong, seperti defisit APBN, depresiasi nilai Rupiah meski DXY turun, dan spread yield dengan UST.
“Kami melihat sentimen pasar masih sangat dinamis meski cenderung menekan pasar, sehingga ini yang meningkatkan fluktuasi di pasar,” tutur Audi.
(DESI ANGRIANI)