Selain itu, lanjut dia, pasar negara berkembang utama di Asia diproyeksikan oleh OECD untuk mencapai hampir tiga perempat dari pertumbuhan PDB global pada 2023, sementara ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan akan melambat.
"Perekonomian Amerika Serikat hanya akan tumbuh sebesar 0,5 persen pada 2023, dibandingkan dengan 1,8 persen pada 2022. Pasar energi tetap berada di antara risiko penurunan yang signifikan," ujar Ibrahim.
Kemudian, tambahnya, Bank Indonesia juga akan terus melakukan bauran strategi ekonomi guna untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah, serta terus melakukan intervensi besar di pasar valuta asing, Obligasi di perdagangan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), walaupun berimbas terhadap menurunnya cadangan devisa.
Di samping itu, Ibrahim memprediksi, untuk perdagangan besok, Kamis (24/11) mata uang rupiah dibuka berfluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp15.670-Rp15.740 per USD.
(FAY)