Ihsan menyebutkan, nilai lebih yang mereka dapat dari transformasi digitalisasi adalah efisiensi produksi, utamanya dari konsumsi bahan bakar minyak (BBM) kendaraan operasional tambang.
Kemudian produktivitas produksi batu bara serta monitoring untuk meminimalisir terjadinya kegagalan sistem maupun kelalaian dari pekerja yang jumlahnya mencapai 7 ribu orang.
"Untuk produksi kita naik sekitar 10-20 persen setelah melakukan transformasi digital ini. Kemudian keuntungan yang kita dapat adalah penghematan BBM. Waktu kita merencanakan digitalisasi ini di awal, targetnya memang efisiensi BBM," sebutnya.
"Satu hal lagi yang penting kenapa transformasi ini penting adalah agar jika dewan direksi ingin mengambil kebijakan perusahaan, data pendukungnya sudah ada di kita. Jadi keputusan yang diambil lebih rasional, berdasarkan data," tambahnya.
Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam, Niko Chandra, total produksi batubara PT Bukit Asam hingga Triwulan III-2023 tela mencapai 31,9 ton. Tumbuh 15 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang hanya 27,7 juta ton.
Total produksi ini sudah mendekati target di rencana kerja perseroan di tahun ini yang mencapai 40 juta ton untuk di Unit Tanjung Enim saja. Perseroan optimis bisa mencapai target produksi 40 juta ton itu dan yakin total produksi hingga akhir tahun bisa digenjot hingga 43 juta ton.
"Kenaikan produksi ini seiring dengan kenaikan volume penjualan batu bara sebesar 14,9 persen menjadi 27,0 juta ton. Hingga Triwulan III-2023, Perseroan mencatat penjualan ekspor sebesar 11,2 juta ton atau naik 24,4 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara realisasi Domestic Market Obligation (DMO) tercatat sebesar 51 persen," terang Niko.
Kenaikan produksi ini ikut berkontribusi pada laba bersih perusahaan yang mencapai Rp. 3,8 triliun mencatatkan laba bersih sebesar Rp 3,8 triliun. Kinerja baik tersebut dibukukan hingga triwulan III-2023.
Dari sisi pendapatan, PTBA membukukan sebesar Rp27,7 triliun. Sedangkan total aset perusahaan per 30 September 2023 sebesar Rp36,0 triliun.
(DES)