Kenaikan peringkat juga dapat didukung oleh penguatan tata kelola industri timah sehingga menciptakan kondisi operasional yang lebih stabil.
Sebaliknya, peringkat dapat diturunkan jika TINS mencatatkan tingkat utang yang jauh lebih tinggi dari proyeksi tanpa diimbangi perbaikan kinerja bisnis. Penurunan juga berpotensi terjadi apabila fluktuasi harga timah global melemahkan pendapatan dan profitabilitas perusahaan secara signifikan.
Hingga kuartal III-2025, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp6,6 triliun dengan EBITDA sebesar Rp1,5 triliun. Laba bersih tercatat Rp602 miliar atau 78 persen dari target ditetapkan untuk 2025 sebesar Rp774 miliar.
Sementara aset perseroan naik 7 persen menjadi Rp13,7 triliun dari Rp12,80 triliun pada akhir 2024. Sedangkan posisi liabilitas sebesar Rp6,1 triliun, naik 14 persen disebabkan naiknya utang usaha dan pinjaman bank jangka pendek.
(Dhera Arizona)