Karenanya, Arfian berharap agar BI dan pemerintah secara keseluruhan dapat lebih bijak dan mencermati setiap potensi sentimen yang bakal muncul dari setiap kebijakan yang bakal diambil.
Sebelumnya, terkait intervensi pasar yang telah dilakukan, Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter BI, Edi Susianto, menyatakan bahwa langkah tersebut sengaja dilakukan demi memastikan stabilitas rupiah agar tetap terjaga di tengah ketidakpastian global yang meningkat.
Saat ini, mayoritas mata uang Asia juga menghadapi tekanan akibat kebijakan perdagangan AS serta ketidakpastian terkait arah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed).
Faktor domestik, termasuk kebijakan ekonomi terbaru, turut meningkatkan sentimen negatif di kalangan investor, yang tercermin dari arus keluar modal sebesar Rp10,33 triliun dalam sepekan terakhir. Meski demikian, per hari ini, Kamis (6/3/2025), Rupiah kembali menguat ke kisaran Rp16.444 per dolar AS.
"Di lain pihak, dalam perkembangan sektor energi, kita tahu bahwa beberapa pembeli batu bara asal China menolak implementasi Harga Batubara Acuan (HBA) yang baru," ujar Arfian.