Pelemahan Rupiah terjadi sepekan menjelang rapat kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga. Namun, karena nilai tukar Rupiah berada di bawah tekanan, para analis tidak mengesampingkan potensi kenaikan suku bunga.
“Base case kami adalah Bank Indonesia akan tetap menahan, namun risiko kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin relatif tinggi, menurut pandangan kami, terutama jika mata uang berada di bawah tekanan baru,” tulis analis Barclays dalam catatan kliennya sebagaimana dilansir dari Reuters, Jumat (14/6/2024).
Pada Jumat, BI melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk mempertahankan Rupiah, dan berjanji untuk menggunakan kebijakan moneter untuk menstabilkan mata uang RI.
Pelemahan Rupiah ini bisa berdampak pada ekonomi sektor riil, terutama bagi sektor yang mengandalkan bahan baku dari impor.
Melansir Knight Frank Indonesia (26/4/2024), pelemahan Rupiah bisa berdampak pada sektor properti. Jika dikaitkan dengan sektor ini, pelemahan Rupiah memiliki beberapa trickling down effect, seperti: