Terkait penentuan target tersebut, Fahmy menjelaskan, pemerintah tinggal menentukan bulan apa dalam 2024 ini yang bakal dijadikan tenggat waktu terkait penyelesaian proses divestasi saham INCO.
Sikap hati-hati dan tidak terburu tersebut, dikatakan Fahmy, penting untuk dipegang teguh, lantaran sejauh ini proses negosiasi antara kedua pihak diketahui masih cukup alot.
Dalam perkembangannya saat ini, baik Vale Canada Limited (VCL) sebagai pemegang saham mayoritas INCO saat ini, dan juga pemerintah, sama-sama belum menyanggupi atas tawaran yang diajukan oleh masing-masing pihak.
Sebelumnya, sempat beredar informasi bahwa pemerintah menginginkan harga divestasi 14 persen saham INCO senilai Rp2.500 hingga Rp2.800 per saham. Nilai tersebut lebih rendah sekitar 40 persen dibanding harga saham INCO di pasar saat ini.
Harga tawaran pemerintah tersebut, oleh sejumlah pihak, disebut masih jauh dari harga yang diinginkan pihak VCL sebesar Rp4.600 per saham.