Hal ini lanjut Nico, sejalan di zona Eropa, di mana European Central Bank (ECB) tidak menaikkan suku bunga dengan deposit facility masih dijaga di level 4%.
ECB juga menginformasikan masih terlalu awal untuk membicarakan pemangkasan suku bunga. Rilis data tercatat positif di regional Asia, di mana Caixin Manufacturing PMI
China, tercatat di zona ekspansi 50,6 pada Januari 2024.
"Patut dicermati, pemerintah China agresif untuk memberikan stimulus. Pemerintah memangkas reserve requirement ratio sebesar 50 bps dan suntikan untuk pasar saham sebesar USD278 miliar," ujar dia.
Dari sisi domestik, diakui Nico, pelemahan nilai tukar rupiah memberikan tekanan untuk perekonomian domestik. Yang perlu dicermati, sambungnya, beberapa lembaga keuangan memperkirakan bahwa ekonomi Indonesia akan relatif lebih baik di 2024.
International Monetary Fund (IMF) memperkirakan bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh 5% di 2024 (2023: 5%) World Bank di 4,9% (2023: 5%) Asian Development Bank di 5% (2023: 5%) dan Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) di 5,2% (2023: 5%).
Hal ini sejalan dengan estimasi pertumbuhan dari Bank Indonesia (BI) di level 4,7-5,5%. Masih lebih baik jika dibandingkan dengan estimasi pertumbuhan ekonomi dunia berdasarkan estimasi World Bank yang hanya akan tumbuh 2,4% di 2024 ini (2023: 2,6%; 2022: 3%).