"Namun patut dicermati terkait dengan depresiasi nilai tukar rupiah, yang telah melemah 1,8% sejak awal tahun, karena antisipasi meningkatnya yield spread untuk obligasi di AS," jelas Nico.
Dia memproyeksikan, sektor perbankan, telekomunikasi dan konsumsi menjadi pilihan. IHSG bergerak negatif di Januari 2024 (-0,98% MoM) disebabkan oleh arah kebijakan moneter yang diperkirakan tidak akan selonggar ekspektasi awal, ekspektasi perlambatan ekonomi di 2024.
Juga melemahnya nilai tukar Rupiah. IDXCYC mencatatkan performa paling baik (+4,4% MoM) karena meningkatnya aktivitas konsumsi menjelang Pemilu dan tahun baru China yang mendorong kenaikan saham MAPI dan ACES.
Sementara itu, IDXTECH tertekan paling dalam (-6,9% MoM) seiring arah kebijakan moneter yang tidak selonggar ekspektasi awal serta kompetisi yang mengetat, yang akan mendorong perusahaan teknologi untuk kembali memberikan insentif, yang akan berdampak terhadap peningkatan biaya.
"Di Februari 2024, kami merekomendasikan sektor IDXFIN (laporan keuangan yang relatif in-line, ekspektasi perbaikan likuiditas seiring potensi pemangkasan suku bunga)," terangnya.
Nico juga merekomendasikan saham IDXINFRA telko (meningkatnya konsumsi data mendekati Pemilu di 14 Februari 2024), serta saham-saham di IDXNYC (meningkatnya belanja pemerintah dan dana desa menjelang Pemilu, serta politik uang yang akan mendorong konsumsi daya beli masyarakat).
"Sedangkan sektor yang diperkirakan masih akan tertekan adalah IDXTRANS (penurunan baltic dry index seiring aktivitas ekonomi yang melemah), serta IDXTECH (ekspektasi kebijakan moneter yang tidak selonggar ekspektasi awal serta kompetisi yang meningkat)," pungkas Nico.
(FAY)