Kondisi ini berlangsung seiring dengan datangnya puncak musim hujan antara November 2025 hingga Februari 2026, yang diprediksi mendorong permintaan produk unggulan SIDO.
"Hal ini berpotensi meningkatkan permintaan terhadap produk Tolak Angin milik SIDO," kata Heru.
Dari sisi efisiensi, SIDO juga tercatat melakukan penghematan signifikan pada biaya promosi dan iklan. Selama semester I-2025, beban iklan dan promosi turun 21 persen YoY menjadi Rp143 miliar, sehingga total beban operasional terkoreksi 15 persen YoY menjadi Rp288 miliar.
Heru menilai strategi tersebut dinilai sebagai langkah adaptif dalam menjaga margin di tengah tekanan daya beli masyarakat.
Selain faktor permintaan domestik, prospek ekspor turut menjadi penopang pertumbuhan SIDO. Penjualan ekspor tercatat naik 17 persen YoY dan berkontribusi 9,7 persen terhadap total pendapatan pada semester I-2025.