IDXChannel - PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) masih mencatatkan pertumbuhan kinerja di tengah turunnya pendapatan akibat strategi preservasi margin di bisnis nikel.
EBITDA MBMA tumbuh 22 persen secara tahunan (yoy) menjadi USD140 juta hingga kuartal III-2025. Pertumbuhan ini ditopang oleh peningkatan efisiensi biaya pendapatan, seiring langkah perseroan menghentikan sementara produksi High Grade Nickel Matte (HGNM).
Pendapatan MBMA tercatat turun 32 persen yoy menjadi USD934 juta terutama disebabkan oleh merosotnya penjualan segmen HGNM hingga 73 persen yoy menjadi USD144 juta. Namun, penurunan pendapatan tersebut diimbangi oleh penurunan biaya pendapatan sebesar 38 persen yoy, yang pada akhirnya menopang pertumbuhan EBITDA.
Kontribusi EBITDA terbesar masih berasal dari segmen Nickel Pig Iron (NPI), mencerminkan fokus MBMA pada hilirisasi nikel berbiaya rendah. Strategi ini diperkuat oleh pasokan bijih nikel dari tambang SCM yang menyuplai sekitar 80 persen kebutuhan bahan baku ke fasilitas Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) perseroan.
Menurut riset Phintraco Sekuritas, Selasa (23/12/2025) MBMA menunjukkan perbaikan signifikan. Laba bersih kuartal III melonjak 69 persen secara kuartalan (QoQ) menjadi USD16 juta, sehingga total laba bersih hingga September mencapai USD25 juta.
Kenaikan ini terutama didorong oleh lonjakan laba bersih dari entitas asosiasi yang mencapai USD14 juta, serta peningkatan pendapatan keuangan sebesar 4 persen menjadi USD5 juta.
Meski demikian, beban keuangan MBMA meningkat tajam. Biaya keuangan melonjak 91 persen menjadi USD13 juta, seiring meningkatnya beban bunga dari pinjaman dan penerbitan obligasi baru.
Langkah pendanaan ini dilakukan untuk memperkuat struktur pembiayaan proyek-proyek strategis, termasuk pembangunan fasilitas HPAL dan RKEF baik di tingkat perseroan maupun entitas asosiasi. Selain itu, kerugian selisih kurs turut menekan laba bersih, tercermin dari pos pendapatan lain-lain yang mencatatkan saldo negatif.
Dari sisi operasional, MBMA tetap mencatatkan kinerja yang sesuai target. Produksi bijih saprolit dan limonit masing-masing mencapai 4,5 juta wmt dan 9,9 juta wmt sepanjang sembilan bulan 2025, mayoritas berasal dari tambang SCM. Realisasi ini sejalan dengan target produksi perseroan, dengan biaya kas berada di bawah target, masing-masing USD23,3 per wmt untuk saprolit dan USD7,9 per wmt untuk limonit.
Produksi NPI memang turun 17 persen yoy akibat jadwal pemeliharaan RKEF. Namun, margin NPI tetap kuat di level USD1.866 per ton. Penurunan ketergantungan terhadap pasokan saprolit pihak ketiga serta integrasi energi yang lebih baik mendorong penurunan biaya kas NPI sebesar 8 persen yoy menjadi USD9.575 per ton.
Di sisi pengembangan, MBMA terus membuka peluang baru melalui fasilitas AIM dan HPAL. Proses commissioning pabrik AIM berjalan lancar, dengan produksi asam mencapai 251.715 ton. Selain itu, unit klorida mulai menghasilkan iron pellets, copper sponge, dan gold mud. Pabrik katoda tembaga juga telah berhasil memproduksi katoda yang memenuhi spesifikasi London Metal Exchange (LME).
Sementara itu, proyek HPAL PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) mencatatkan kemajuan konstruksi masing-masing 54 persen untuk pabrik HPAL dan 29 persen untuk fasilitas pembangkit listrik. Produksi awal Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) ditargetkan mulai bertahap pada 2026 dengan kapasitas awal sekitar 18 ribu ton.
Produksi MHP melalui PT ESG juga terus meningkat, dengan target kapasitas penuh 25-30 ribu ton per tahun dan biaya kas di bawah USD9.000 per ton.
Dengan menggunakan metode Sum of the Parts, Phintraco Sekuritas merevisi naik nilai wajar saham MBMA menjadi Rp670 per saham, dari sebelumnya Rp525 per saham.
Valuasi ini mencerminkan ekspektasi EV/EBITDA 26,2x untuk tahun buku 2025, dengan potensi kenaikan harga saham (upside) sebesar 24,07 persen. Atas dasar tersebut, MBMA direkomendasikan Buy, seiring prospek pertumbuhan jangka menengah yang tetap solid didukung efisiensi biaya dan akselerasi hilirisasi nikel.
(DESI ANGRIANI)