Penjualan di pasar domestik masih dikawal oleh entitas sepengendali perseroan seperti PT Wilmar Nabati Indonesia, PT Sari Agrotama Persada, hingga PT Multimas Nabati Asahan. Sementara ekspor melalui tangan Wilmar Trading Pte Ltd.
Kenaikan pendapatan mendorong beban pokok ikut membengkak 3,9% yoy yang terjadi karena peningkatan ongkos biaya produksi senilai Rp5,87 triliun. Alhasil margin laba kotor perseroan terpangkas sekaligus lebih rendah dari tahun sebelumnya menjadi Rp388,51 miliar.
Beban penjualan CEKA ikut bertumbuh menjadi Rp145 miliar, yang disebabkan kenaikan ongkos transportasi dan pengurusan hingga pajak ekspor. Dengan demikian laba sebelum pajak menembus angka Rp195,80 miliar.
Untuk pos neraca, aset Wilmar naik 10,2% yoy menjadi Rp1,89 triliun. Ini berlangsung seiring peningkatan jumlah utang atau liabilitas sebesar 49,35% yoy menjadi Rp251 miliar. Modal bersih atau ekuitas CEKA juta tumbuh 5,9% yoy menjadi Rp1,64 triliun.
CEKA juga tercatat menggenggam kas senilai Rp590,8 miliar di akhir 2023, nilainya naik signifikan dari awal tahun 2023. Pasalnya, terjadi pertumbuhan penerimaan kas dari operasional, hingga berkurangnya pengeluaran untuk investasi.
(FRI)